Minggu, 22 Juni 2014

Laporan Ujian Praktek Farmakologi Efektifitas Anitidiare


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. (World Health Organization (WHO, 2009 ). Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita, menurut data badan Kesehatan Dunia (WHO—World Healt Organitation ) Penyakit mencret atau diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Yang membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun (Depkes RI, 2010).
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses memiliki kandungan air yang berlebihan. Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare salah satunya akibat infeksi oleh bakteri atau virus dan juga bisa disebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang kumuh dan kotor menjadi tempat berkembang bakteri (E.coli), virus dan parasit (jamur, cacing, protozoa), dan juga lalat yang turut berperan dalam membantu penyebaran kuman penyakit diare (Hannifatunisa, 2013).
Diare jarang membahayakan, namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri kejang pada bagian perut. Meskipun tidak membutuhkan perawatan khusus, penyakit diare perlu mendapatkan perhatian serius, karena dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Dehidrasi dapat ditengarai dengan gejala fisik seperti bibir terasa kering, kulit menjadi keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, serta menyebabkan syok. Untuk mencegah dehidrasi dengan meminum larutan oralit. Karena itu, penderita diare harus banyak minum air dan diberi obat anti diare (Hannifatunisa, 2013).
Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Gejala diare adalah BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah. Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus (blogspot.com).
Absorbents adalah senyawa-senyawa yang menyerap (absorb) air. Absorbents yang diminum secara oral mengikat air dalam usus kecil dan usus besar dan membuat feces-feces diare kurang berair. Mereka mungkin juga mengikat kimia-kimia beracun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang menyebabkan usus kecil mensekresikan cairan. Salah satu absorbenst utama adalah attapulgit (Anonim, 2013).  New Diatab merupaka obat paten yang mengandung zat aktif atapulgit 600 mg dengan indikasi sebagai pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui penyebabnya. Atapulgit bekerja dengan cara mengikat bakteri dan toksin dalam jumlah besar sekaligus mengurangi pengeluaran air. atapulgit mengurangi pergerakan usus, memperbaiki konsistensi tinja yang terlalu keras atau terlalu lembek, dan meredakan kram perut yang berkaitan dengan diare. Aman untuk ibu hamil dan menyusui (Medica.com, 2013).
Dari uraian diatas, akan dilakukan pengujian tentang efek new diatab sebagai antidiare yang di ujikan pada hewan uji mencit (Mus musculus).
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana obat new diatab dapat menimbulkan efek antidiare yang diujikan pada mencit (Mus musculus).
1.3  Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, penelitian dilakukan untuk mengetahui efek new diatab sebagai obat antidiare.
1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan pengetahuan kepada pembaca serta dapat menjadi inovasi dan inspirasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.



1.5  Lingkup Peneitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan Juni 2014, bertempat di Laboratorium Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Lanud Husein Sastranegara, Bandung dan Laboratorium D3 Farmasi Poltekes TNI AU.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
2.1.1 Menurut WHO
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.

2.1.2 Menurut Depkes RI
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

2.2 Klasifikasi Diare
2.2.1 Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:
1.      Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya       kurang dari tujuh hari).
2.      Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3.      Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus.
4.      Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2.2.2 Menurut Suraatmaja, (2007)di bagi menjadi 2 yaitu:

1.       Berdasarkan lamanya diare:
a.      Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc dan hipokalemia, (2) Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).
b.      Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.

2.      Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a.      Diare sekresi (secretory diarrhea)
b.      Diare osmotic (osmotic diarrhea)
2.3 Etiologi

Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto, 2002).

2.3.1 Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:

1.    Bakteri       : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium     perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
  2.     Virus                     :  Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus,  Astrovirus.
    3.     Parasit      : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.
    4.     Non infeksi: malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.  (Simadibrata, 2006).

2.3.2 Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

1.       Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a.   Infeksi virus, kuman-kuman ocialc dan apatogen seperti shigella, ocialc, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b.    Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2.      Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:
a.     Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b.     Kurang kalori protein.
c.     Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

2.3.3 Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa ocial yaitu:

1.        Faktor infeksi
a.      Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b.      Infeksi parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.

2.      Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
a.       Faktor makanan
b.      Faktor psikologis



2.4 Gejala Diare
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi.

2.5 Cara Penularan Diare
Diare dapat ditularkan dengan berbagai cara yang  mengakibatkan timbulnya infeksi antara lain:
1.      Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau  kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2.       Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
3.       Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang

2.6 Manifestasi Klinis
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi ocialc, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya oci tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis ocialc yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang ocialc. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

Tabel 1.1  Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan umum
baik, sadar
gelisah, rewel
lesu, lunglai atau tidak sadar
Mata
Normal
cekung
sangat cekung
Air mata
ada
tidak ada
kering
Mulut dan lidah
Basah
Kering
tidak ada, sangat kering
Rasa haus
minum biasa, tidak haus
haus, ingin minum banyak
malas/tidak oci minum
Turgor kulit
Kembali
kembali lambat
kembali sangat lambat
Hasil pemeriksaan
tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan, sedang, bila ada tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.
Bila ada satu tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.


2.7 Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1.       Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada ocial penyebab, lingkungan dan ocial pejamu. Untuk ocial penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi
2.      Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan ocialc dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak ocial seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghi langkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikandengan penyebab diarenya ocial bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
3.      Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkon sumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan ocial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

2.8  Cara Pengobata Diare
a.      Kemoterapi
b.      Obstipansia
c.       Spasmolitik
d.      Probiotik



a)       Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamide tau antibiotic
b)     Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
-    Menekan peristaltic usus (loperamid)
-    Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
-    Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare   yang lain (carbo adsorben, kaolin)
c)     Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka
d)     Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (ocialc sulfat)
e)      Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan Ph usus menjadi asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.
2.9 Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari diare ada :
1.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau hipertonik)
2.      Renjatan hipovolemik.
3.     Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,   perubahan     elektrokardiogram)
4.      Hipoglikemia.
5.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
6.      Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7.      Malnutrisi ocial protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
2.12 Contoh Obat
NEW DIATABS Tablet Antidiare (Activated Attapulgite)
-          KOMPOSISI / KANDUNGAN
Tiap tablet New Diatabs mengandung activated attapulgite 600 mg.
-          FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
Activated attapulgite dalam New Diatabs dapat mengabsorpsi racun, bakteri dan enterovirus yang menyebabkan diare.
New Diatabs menyerap cairan radang, sehingga membantu memperbaik konsistensi feses. New Diatabs ditoleransi dengan baik dalam dosis yang dianjurkan. New Diatabs untuk pengobatan simtomatik pada diare non-spesifik.
New Diatabs dapat mengurangi frekuensi buang air besar dan memperbaiki konsistensi feses yang encer pada diare non-spesifik.
-          INDIKASI / KEGUNAAN
Indikasi New Diatabs adalah untuk pengobatan simtomatik pada diare nonspesifik.

-          KONTRAINDIKASI
Obat New Diatabs tidak boleh diberikan kepada pasien dimana konstipasi harus dihindari dan yang hipersensitif atau alergi terhadap activated attapulgite.
-          DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai New Diatabs.
Dosis yang umum diberikan :
           Dewasa dan anak-anak 12 tahun atau lebih : 2 tablet setelah buang air besar, maksimum penggunaan 12 tablet New Diatabs dalam waktu 24 jam.
           Anak-anak 6 – 12 tahun : 1 tablet New Diatabs setelah buang air besar. Maksimum penggunaan 6 tablet dalam waktu 24 jam.
Jika gejala-gejala masih berlangsung terus, harap konsultasi dengan dokter.
New Diatabs dapat diminum dengan atau tanpa makanan.  
-          PERINGATAN DAN PERHATIAN
      New Diatabs tidak boleh digunakan lebih dari 2 hari pada keadaan demam tinggi.
      Diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Karena itu terapi rehidrasi (dengan cairan oral rehidrasi) mungkin diperlukan.
      Tablet jangan digunakan pada anak-anak umur 3-6 tahun, kecuali atas petunjuk dokter dan jika diare pada anak-anak disertai dengan dehidrasi maka pengobatan awal harus diberikan cairan rehidrasi oral.
           New Diatabs dapat mempengaruhi absorbsi saluran pencernaan dari obat-obat lain, karena itu dianjurkan interval waktu 2 – 3 jam antara pemberian oral obat-obat lain dengan obat ini.
           Hati-hati penggunaan New Diatabs pada penderita gangguan fungsi ginjal, asma bronkial, obstruksi saluran pencernaan dan pembesaran prostat.
-          INTERAKSI OBAT
           Dapat mengurangi aksi obat ipecacuanha dan emetik lainnya.
           Dapat terjadi interaksi dengan obat hipoglikemia oral, antikoagulan, antagonis vitamin K, asam para amino benzoat, dan prokain.
           Dapat meningkatkan efek antikolinergik obat-obat antihistamin, antidepresan, antipsikosis, anti-parkinson.
-          KEMASAN
New Diatabs, tablet, 25 catchcover @ 4 tablet.
-          KETERANGAN
Simpan di tempat kering dan sejuk. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan yang digunakan
Alat yang digunakan :
1.      Sonde Oral
2.      Alat Suntik
3.      Stopwatch
4.       Timbangan Mencit
5.      Bejana Silinder
Bahan yang digunakan :
1.      Hewan percobaan mencit berat badan 20 gram – 25 gram.
2.      PGA 2 %
3.      Oleum Ricini ( 0,5 ml )
4.      Attalpulgite ( New Diatab )
5.      Norit 5%
3.2 Prosedur
1. Kurang lebih 18 jam sebelum penelitian, mencit di puasakan, selanjutnya dikelompokan menjadi 3 kelompok ( Kelompok kontrol, kelompok sakit, kelompok uji ).
2. Pada T = 0 , kelompok kontrol diberikan PGA 2 % secara per oral , kelompok sakit dan uji diberikan oleum ricini peroral.
3. Pada T = 20, Kelompok Uji diberikan new diatab secara peroral
Pada T = 45 , semua kelompok diberika  norit 5 %, diberikan secara peroral
5. Setelah 45 menit, semua sub kelompok ( kontrol, pembanding, uji dosis ) diberikan norit dengan peroral
6. Setelah 20 menit pemberian norit dilakukan dislokasi leher mencit sampai mencit mati .
7. Kemudian dilakukan pembedahan mencit dengan perlahan-lahan , diambil usus mencit, dan ukur panjang usus dan panjang marker terhadap panjang usus keseluruhan.

3.3  Perhitungan Dosis dan Pembuatan Sediaan
1. New Diatabs
  • Tiap tablet New Diatabs mengandung activated attapulgite 600 mg/tablet.
  • Peritungan attapulgite = 600 mg x 0,0026 = 1, 56 mg / 0,5 ml
Ø  Untuk pembuatan sediaan uji sebanyak 20 ml
·         = 20 ml / 0,5 ml x 1,56 mg = 62,4 mg / 20 ml suspense PGA 2%.
 Sediaan generik tidak tersedia.


2.        Norit 5 %
·         Untuk membuat larutan Norit 5 % sebanyak 50 mL:
5/100 x 50 = 2,5 gram/ 50 ml PGA 3 %.
·         Timbang Norit 2,5 gram
·         Larutkan dalam 50 ml suspensi PGA 3 %
3.        PGA 3 %
·         Untuk membuat suspensi PGA 3 % sebanyak 100 mL :
·         3/100 x 100 mL = 3 gram/100 ml suspensi PGA 3%.
·         Timbang 3 gram PGA
·         Larutkan dalam 100 mL aquadest. Panaskan ad larut.









DAFTAR PUSTAKA


Depkes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.
Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi Jilid I. Jakarta: IDAI.
Mansjoer,Arif, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus FKUI.
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC
Simadibrata, M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen.
Soegijanto S. 2006. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Surabaya: Airlangga University Press.
Suraatmaja, S. (2007). Aspek Gizi Air Susu Ibu. Jakarta: EGC.
http://apotik.medicastore.com/artikel-obat/antidiare





Tidak ada komentar:

Posting Komentar