Nama : Elda Damayanti
NIM : 30511016
Tugas Mata Kuliah Kesehatan Penerbangan
1. Mekanisme Kerja Antihistamin Generasi Pertama dan Generasi Kedua Serta Efek Samping yang Ditimbulkan Bagi Penerbang.
Definisi Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1, H-2 dan H-3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.
Antihistamin Golongan Generasi Pertama
Obat-obat ini bisa dibeli tanpa resep, dan dapat digunakan untuk gejala ringan sampai sedang. Pemberian obat golongan ini perlu dipertimbangkan jika pasien harus berada dalam keadaan waspada/terjaga, misalnya anak-anak yang harus belajar di sekolah, atau orang yang bekerja sebagai sopir atau menjalankan mesin, termasuk seorang pilot/copilot, karena obat-obat ini bisa mengganggu pekerjaannya dengan sifatnya yang membuat kantuk. Oleh karena itu, penggunaan obat-obat Antihistamin golongan generasi pertama tidak diperbolehkan FAA digunakan bagi penerbang. 2
Antihistamin generasi pertama contohnya CTM, Prometazin, Dipenhidramin, Feniramin
1. Klorpheniramin ( CTM)
- Efek : antihistamin (efek lebih kuat dari feniramin ), sedativ ringan
- Penggunaan : pengobatan alergi seperti rhinitis alergia, urtikaria , asma bronchial, dermatitis atopik, eksim alergi, gatal- gatal dikulit, udema angioneurotik.
- Efek samping : mengantuk 3
2. Prometazin
- Efek : antihistamin, meredakan batuk, antiemetik, sedativ, hipnotik
- Penggunaan : obat batuk, obat kombinasi untuk sindrom parkinson, mencegah mual dan mabuk perjalanan
- Efek samping : mengantuk 3
3. Difenhidramin ( diphenhdramin)
- Efek : antihistamin kuat, sedativ, antikolinergik, antispasmodik, antiemetik, dan antivertigo.
- Penggunaan : obat batuk, obat mabuk perjalanan , anti gatal-gatal karena alergi,dan obat tambahan pada penyakit parkinson.
- Efek samping : mengantuk 3
4. Feniramin ( pheniramin)
- Efek : antihistamin kuat , meredakan batuk.
- Penggunaan : obat batuk, antialergi
- Efek samping : mengantuk
Antihistamin Golongan Generasi Kedua
Antihistamin yang lebih baru, yang digolongkan generasi kedua, relatif tidak menyebabkan kantuk, atau sedikit menyebabkan kantuk. Sehingga diperbolehkan oleh FAA untuk dikonsumsi oleh penerbang. Beberapa ada yang bisa dibeli bebas, sebagian ada yang harus dibeli dengan resep dokter. Contoh obat-obat golongan ini antara lain mebhidrolin napadisilat, cetirizin, loratadin, dll. 2
1. Mebhidrolin Napadisilat
- Efek : antihistamin ( tidak bersifat menidurkan)
- Pengunaan : gatal karena alergi
- Efek samping : - 3
2. Cetirizin
- Efek : antihistamin
- Penggunaan : perineal rhinitis , rhinitis alergi, urtikaria idiopatik
- Efek samping :- 3
3. Loratadin
- Efek : antihistamin
- Penggunaan : rhinitis alergi, urtikaria kronik, dermatitis alergi, rasa gatal pada hidung dan mata, rasa terbakar pada mata.
- Efek samping :- 3
Generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak. Oleh karena itu generasi pertama tidak diperbolehkan oleh FAA.
2. Alasan Minosiklin tidak diperbolehkan oleh FAA.
Minosiklin tidak diperbolehkan oleh FAA karena efek sampingnya dapat menyebabkan kerusakan pada bagian vestibular dari telinga dalam, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam menjaga keseimbangan.
Gangguan vestibular ini terjadi bila mendapat minosiklin yang menumpuk dalam endolimfe telinga dan mempengaruhi fungsinya. Gangguan keseimbangan adalah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa goyah, pusing, pening, atau memiliki sensasi gerakan, berputar atau mengambang. Efek berputar dikenal sebagai vertigo.
Alat Vestibuler
Bagian telinga dalam non auditori (disebut alat vestibuler) terdiri dari dua sub-divisi fungsional: kanalis semisirkularis (dua vertikal dan satu horizontal) dan organ otolit (utrikulus dan sakulus). Kanalis semisirkularis merasakan putaran kepala, dan organ otolit merasakan percepatan linier kepala. Fungsi utama utrikulus adalah mengisyaratkan posisi kepala relatif terhadap gravitasi. Kerusakan sakulus menimbulkan kelainan yang kurang berarti dibandingkan dengan kerusakan utrikulus, sehingga fungsi sakulus kurang jelas dibanding utrikulus. Sakulus pernah diduga sebelumnya merupakan reseptor pendengaran frekuensi rendah, namun akhir-akhir ini studi sistematis khusus menunjukkan bahwa serabut saraf sakulus bereaksi hanya pada percepatan linier. Diperkirakan bahwa sistem sakulus memberikan reaksi terhadap percepatan vertikal tingkat tinggi, yang perlu untuk menimbulkan respon motorik yang dibutuhkan untuk mendarat secara optimal sewaktu terjatuh. 9
- Mual atau muntah - Perasaan “menggantung” atau “mabuk laut” di dalam kepala
- Mabuk kendaraan - Nyeri telinga
- Sensasi telinga penuh - Sakit kepala
- Bicara campur-aduk - Peka terhadap tekanan atau perubahan suhu dan arus angina
Efek samping diatas adalah sebagai alasan mengapa minosiklin dilarang dikonsumsi oleh penerbang.
3. Obat AntiTBC
Obat-obat Anti TBC yang diperbolehkan dikonsumsi oleh penerbang karena efek samping yang ditimbulkan memungkinkan penerbang untuk tidak meninggalkan tugas terbang, asalkan dalam penggunaannya harus dengan adanya pengawasan dari dokter.
1. Rifampisin
Mekanisme kerja Rifampicin dengan menghambat sintesa RNA dari mikobakterium.
Efek Samping :
• Gangguan gastrointestinal dan gangguan fungsi hati
• Pernah dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi kepekaan kulit. Trombositopenia, leukopenia.
• Dapat terjadi abdominal distress (ketidaknyamanan pada perut) dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis pseudo membrane.
• Juga pernah dijumpai keluhan-keluhan seperti influenza (flu syndrome), demam, nyeri otot dan sendi.
2. Isoniazid (INH)
INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontra-indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya terjadi bila ada faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal kronik dan malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai profilaksis sejak awal pengobatan. Efek samping lain seperti hepatitis dan psikosis sangat jarang terjadi. Oleh karena itu penggunaan INH bagi penerbang diperbolehkan asalkan harus disertai pengawasan dari dokter.
3. Pyrazinamid
Bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif membelah dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk meningitis TB karena penetrasinya ke dalam cairan otak. Toksifitas hati yang serius kadang-kadang terjadi. Sehingga penggunaan untuk penerbang harus dengan adanya pengawasan dari dokter. 9
AntiTBC yang tidak diperbolehkan bagi Penerbang
1. Etambutol
Etambutol digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika resiko resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi, etambutol diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15 mg/kg/hari pada fase lanjutan (atau 15 mg/kg/hari selama pengobatan). Pada pengobatan intermiten di bawah pengawasan, etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau 45 mg/kg 2 kali seminggu.
Efek samping etambutol yang sering terjadi sehingga tidak doleh dikonsumsi oleh penerbang adalah gangguan penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih sering bila dosis berlebihan atau bila ada gangguan fungsi ginjal.
Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya tidak diberi etambutol tetapi obat alternative lainnya. Pemberian pada anak-anak harus dihindari sampai usia 6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fungsi mata harus dilakukan sebelum pengobatan. 9
4. Obat Antidepresan
New York, Depresi lebih dari sekedar perasaan kesedihan atau tekanan yang mendalam selama beberapa waktu. Tapi kini pilot yang mengalami depresi ringan boleh terbang.
Larangan terbang bagi pilot yang mengonsumsi obat antidepresan akan segera dicabut. Gangguan depresi ringan hingga sedang tidak lagi menjadi penghalang bagi pilot untuk bertugas.
Sebelumnya, larangan bagi pilot untuk mengonsumsi obat antidepresan telah diberlakukan di AS selama 70 tahun. Dilaporkan oleh Reuters, Minggu (4/4/2010) larangan tersebut akan dicabut mulai Senin depan.
Selain karena obat-obat antidepresan telah banyak mengalami perkembangan, Badan Penerbangan AS (FAA) menilai pelarangan tersebut justru telah memunculkan efek yang tidak diharapkan. Di antaranya adalah kecenderungan para pilot untuk menutup-nutupi depresi yang dialami dan bahkan meninggalkan pengobatan agar bisa tetap bertugas.
"Kita ingin mengubah kultur dan menghapus stigma tentang depresi. Pilot (yang mengalami depresi -red) harus bisa mendapat pengobatan yang semestinya sehingga bisa menjalankan tugas dengan aman," kata administrator FAA, Randy Rabbitt.
Meski larangan tersebut akan dicabut, ketentuan bagi para pilot tetap ada. Sebelum benar-benar boleh terbang, pilot wajib membuktikan lewat screening test bahwa pengobatan telah berjalan sukses setidaknya 1 tahun.
Kebijakan tersebut juga hanya mengizinkan pemakaian 4 jenis obat antidepresan. Keempatnya adalah Prozac dari Eli Lilly and Co, Zoloft dari Pfizer Inc, serta Celexa dan Lexapro keduanya dari Forest Laboratories Inc.
"Obat lain akan diijinkan jika terbukti efektif pada pilot yang bersangkutan,"ungkap Dr Fred Tilton, salah satu dokter di FAA.
Seperti dilansir medlineplus, depresi adalah penyakit medis yang serius yang melibatkan otak. Depresi lebih dari sekedar perasaan kesedihan atau tekanan yang mendalam selama beberapa waktu.
Depresi dialami jutaan penduduk dunia mulai dari yang depresi ringan (Dysthymic disorder) hingga depresi berat seperti depresi unipolar. Depresi bisa mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.
Gejala depresi antara lain:
Kesedihan yang mendalam
Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas
Berat badan turun
Susah tidur atau tidur yang berlebihan
Kehilangan tenaga
Merasa tidak berharga
Selalu berpikir tentang kematian atau bunuh diri
Depresi banyak dialami orang usia antara 15 sampai 30 tahun dan wanita paling banyak mengalami depresi ketimbang pria termasuk depresi sehabis melahirkan (depresi pospartum). Pengobatan untuk depresi antara lain minum obat antidepresi atau jika sudah parah melakukan terapi.
5. Asam Mefenamat sebagai NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs)
Aspirin (Asam Mefenamat)
Farmakologi :
Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
*Karena tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi tugas terbang, olehkarena itu asam mefenamat diperbolehkan oleh FAA digunakan oleh penerbang tanpa harus meninggalkan tugas terbang.
Daftar Pustaka
http://studifarmasi.blogspot.com/2011/08/penggolongan-antihistamin.html
http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/histamin-dan-antihistamin/
http://zulliesikawati.wordpress.com/tag/antihistamin/
http://alfinjazz.blogspot.com/2011/01/antihistamin.html
http://id.scribd.com/doc/92239575/Tetrasiklin-Turunannya
http://yosefw.wordpress.com/2009/03/19/farmakokinetika-klinik-tetrasiklin/
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/04/vestibular-disorders/
http://www.hexpharmjaya.com/page/rifampicin.aspx
http://kautsarku.wordpress.com/2009/09/11/tuberkulostastik-obat-dan-efek-sampingnya/
http://health.detik.com/read/2010/04/04/090651/1331445/763/index.php
http://mipa-farmasi.blogspot.com/2012/03/aspirin-asam-mefenamat.html
NIM : 30511016
Tugas Mata Kuliah Kesehatan Penerbangan
1. Mekanisme Kerja Antihistamin Generasi Pertama dan Generasi Kedua Serta Efek Samping yang Ditimbulkan Bagi Penerbang.
Definisi Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1, H-2 dan H-3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.
Antihistamin Golongan Generasi Pertama
Obat-obat ini bisa dibeli tanpa resep, dan dapat digunakan untuk gejala ringan sampai sedang. Pemberian obat golongan ini perlu dipertimbangkan jika pasien harus berada dalam keadaan waspada/terjaga, misalnya anak-anak yang harus belajar di sekolah, atau orang yang bekerja sebagai sopir atau menjalankan mesin, termasuk seorang pilot/copilot, karena obat-obat ini bisa mengganggu pekerjaannya dengan sifatnya yang membuat kantuk. Oleh karena itu, penggunaan obat-obat Antihistamin golongan generasi pertama tidak diperbolehkan FAA digunakan bagi penerbang. 2
Antihistamin generasi pertama contohnya CTM, Prometazin, Dipenhidramin, Feniramin
1. Klorpheniramin ( CTM)
- Efek : antihistamin (efek lebih kuat dari feniramin ), sedativ ringan
- Penggunaan : pengobatan alergi seperti rhinitis alergia, urtikaria , asma bronchial, dermatitis atopik, eksim alergi, gatal- gatal dikulit, udema angioneurotik.
- Efek samping : mengantuk 3
2. Prometazin
- Efek : antihistamin, meredakan batuk, antiemetik, sedativ, hipnotik
- Penggunaan : obat batuk, obat kombinasi untuk sindrom parkinson, mencegah mual dan mabuk perjalanan
- Efek samping : mengantuk 3
3. Difenhidramin ( diphenhdramin)
- Efek : antihistamin kuat, sedativ, antikolinergik, antispasmodik, antiemetik, dan antivertigo.
- Penggunaan : obat batuk, obat mabuk perjalanan , anti gatal-gatal karena alergi,dan obat tambahan pada penyakit parkinson.
- Efek samping : mengantuk 3
4. Feniramin ( pheniramin)
- Efek : antihistamin kuat , meredakan batuk.
- Penggunaan : obat batuk, antialergi
- Efek samping : mengantuk
Antihistamin Golongan Generasi Kedua
Antihistamin yang lebih baru, yang digolongkan generasi kedua, relatif tidak menyebabkan kantuk, atau sedikit menyebabkan kantuk. Sehingga diperbolehkan oleh FAA untuk dikonsumsi oleh penerbang. Beberapa ada yang bisa dibeli bebas, sebagian ada yang harus dibeli dengan resep dokter. Contoh obat-obat golongan ini antara lain mebhidrolin napadisilat, cetirizin, loratadin, dll. 2
1. Mebhidrolin Napadisilat
- Efek : antihistamin ( tidak bersifat menidurkan)
- Pengunaan : gatal karena alergi
- Efek samping : - 3
2. Cetirizin
- Efek : antihistamin
- Penggunaan : perineal rhinitis , rhinitis alergi, urtikaria idiopatik
- Efek samping :- 3
3. Loratadin
- Efek : antihistamin
- Penggunaan : rhinitis alergi, urtikaria kronik, dermatitis alergi, rasa gatal pada hidung dan mata, rasa terbakar pada mata.
- Efek samping :- 3
Generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak. Oleh karena itu generasi pertama tidak diperbolehkan oleh FAA.
2. Alasan Minosiklin tidak diperbolehkan oleh FAA.
Minosiklin tidak diperbolehkan oleh FAA karena efek sampingnya dapat menyebabkan kerusakan pada bagian vestibular dari telinga dalam, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam menjaga keseimbangan.
Gangguan vestibular ini terjadi bila mendapat minosiklin yang menumpuk dalam endolimfe telinga dan mempengaruhi fungsinya. Gangguan keseimbangan adalah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa goyah, pusing, pening, atau memiliki sensasi gerakan, berputar atau mengambang. Efek berputar dikenal sebagai vertigo.
Alat Vestibuler
Bagian telinga dalam non auditori (disebut alat vestibuler) terdiri dari dua sub-divisi fungsional: kanalis semisirkularis (dua vertikal dan satu horizontal) dan organ otolit (utrikulus dan sakulus). Kanalis semisirkularis merasakan putaran kepala, dan organ otolit merasakan percepatan linier kepala. Fungsi utama utrikulus adalah mengisyaratkan posisi kepala relatif terhadap gravitasi. Kerusakan sakulus menimbulkan kelainan yang kurang berarti dibandingkan dengan kerusakan utrikulus, sehingga fungsi sakulus kurang jelas dibanding utrikulus. Sakulus pernah diduga sebelumnya merupakan reseptor pendengaran frekuensi rendah, namun akhir-akhir ini studi sistematis khusus menunjukkan bahwa serabut saraf sakulus bereaksi hanya pada percepatan linier. Diperkirakan bahwa sistem sakulus memberikan reaksi terhadap percepatan vertikal tingkat tinggi, yang perlu untuk menimbulkan respon motorik yang dibutuhkan untuk mendarat secara optimal sewaktu terjatuh. 9
- Mual atau muntah - Perasaan “menggantung” atau “mabuk laut” di dalam kepala
- Mabuk kendaraan - Nyeri telinga
- Sensasi telinga penuh - Sakit kepala
- Bicara campur-aduk - Peka terhadap tekanan atau perubahan suhu dan arus angina
Efek samping diatas adalah sebagai alasan mengapa minosiklin dilarang dikonsumsi oleh penerbang.
3. Obat AntiTBC
Obat-obat Anti TBC yang diperbolehkan dikonsumsi oleh penerbang karena efek samping yang ditimbulkan memungkinkan penerbang untuk tidak meninggalkan tugas terbang, asalkan dalam penggunaannya harus dengan adanya pengawasan dari dokter.
1. Rifampisin
Mekanisme kerja Rifampicin dengan menghambat sintesa RNA dari mikobakterium.
Efek Samping :
• Gangguan gastrointestinal dan gangguan fungsi hati
• Pernah dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi kepekaan kulit. Trombositopenia, leukopenia.
• Dapat terjadi abdominal distress (ketidaknyamanan pada perut) dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis pseudo membrane.
• Juga pernah dijumpai keluhan-keluhan seperti influenza (flu syndrome), demam, nyeri otot dan sendi.
2. Isoniazid (INH)
INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontra-indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya terjadi bila ada faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal kronik dan malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai profilaksis sejak awal pengobatan. Efek samping lain seperti hepatitis dan psikosis sangat jarang terjadi. Oleh karena itu penggunaan INH bagi penerbang diperbolehkan asalkan harus disertai pengawasan dari dokter.
3. Pyrazinamid
Bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif membelah dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk meningitis TB karena penetrasinya ke dalam cairan otak. Toksifitas hati yang serius kadang-kadang terjadi. Sehingga penggunaan untuk penerbang harus dengan adanya pengawasan dari dokter. 9
AntiTBC yang tidak diperbolehkan bagi Penerbang
1. Etambutol
Etambutol digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika resiko resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi, etambutol diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15 mg/kg/hari pada fase lanjutan (atau 15 mg/kg/hari selama pengobatan). Pada pengobatan intermiten di bawah pengawasan, etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau 45 mg/kg 2 kali seminggu.
Efek samping etambutol yang sering terjadi sehingga tidak doleh dikonsumsi oleh penerbang adalah gangguan penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih sering bila dosis berlebihan atau bila ada gangguan fungsi ginjal.
Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya tidak diberi etambutol tetapi obat alternative lainnya. Pemberian pada anak-anak harus dihindari sampai usia 6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fungsi mata harus dilakukan sebelum pengobatan. 9
4. Obat Antidepresan
New York, Depresi lebih dari sekedar perasaan kesedihan atau tekanan yang mendalam selama beberapa waktu. Tapi kini pilot yang mengalami depresi ringan boleh terbang.
Larangan terbang bagi pilot yang mengonsumsi obat antidepresan akan segera dicabut. Gangguan depresi ringan hingga sedang tidak lagi menjadi penghalang bagi pilot untuk bertugas.
Sebelumnya, larangan bagi pilot untuk mengonsumsi obat antidepresan telah diberlakukan di AS selama 70 tahun. Dilaporkan oleh Reuters, Minggu (4/4/2010) larangan tersebut akan dicabut mulai Senin depan.
Selain karena obat-obat antidepresan telah banyak mengalami perkembangan, Badan Penerbangan AS (FAA) menilai pelarangan tersebut justru telah memunculkan efek yang tidak diharapkan. Di antaranya adalah kecenderungan para pilot untuk menutup-nutupi depresi yang dialami dan bahkan meninggalkan pengobatan agar bisa tetap bertugas.
"Kita ingin mengubah kultur dan menghapus stigma tentang depresi. Pilot (yang mengalami depresi -red) harus bisa mendapat pengobatan yang semestinya sehingga bisa menjalankan tugas dengan aman," kata administrator FAA, Randy Rabbitt.
Meski larangan tersebut akan dicabut, ketentuan bagi para pilot tetap ada. Sebelum benar-benar boleh terbang, pilot wajib membuktikan lewat screening test bahwa pengobatan telah berjalan sukses setidaknya 1 tahun.
Kebijakan tersebut juga hanya mengizinkan pemakaian 4 jenis obat antidepresan. Keempatnya adalah Prozac dari Eli Lilly and Co, Zoloft dari Pfizer Inc, serta Celexa dan Lexapro keduanya dari Forest Laboratories Inc.
"Obat lain akan diijinkan jika terbukti efektif pada pilot yang bersangkutan,"ungkap Dr Fred Tilton, salah satu dokter di FAA.
Seperti dilansir medlineplus, depresi adalah penyakit medis yang serius yang melibatkan otak. Depresi lebih dari sekedar perasaan kesedihan atau tekanan yang mendalam selama beberapa waktu.
Depresi dialami jutaan penduduk dunia mulai dari yang depresi ringan (Dysthymic disorder) hingga depresi berat seperti depresi unipolar. Depresi bisa mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.
Gejala depresi antara lain:
Kesedihan yang mendalam
Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas
Berat badan turun
Susah tidur atau tidur yang berlebihan
Kehilangan tenaga
Merasa tidak berharga
Selalu berpikir tentang kematian atau bunuh diri
Depresi banyak dialami orang usia antara 15 sampai 30 tahun dan wanita paling banyak mengalami depresi ketimbang pria termasuk depresi sehabis melahirkan (depresi pospartum). Pengobatan untuk depresi antara lain minum obat antidepresi atau jika sudah parah melakukan terapi.
5. Asam Mefenamat sebagai NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs)
Aspirin (Asam Mefenamat)
Farmakologi :
Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
*Karena tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi tugas terbang, olehkarena itu asam mefenamat diperbolehkan oleh FAA digunakan oleh penerbang tanpa harus meninggalkan tugas terbang.
Daftar Pustaka
http://studifarmasi.blogspot.com/2011/08/penggolongan-antihistamin.html
http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/histamin-dan-antihistamin/
http://zulliesikawati.wordpress.com/tag/antihistamin/
http://alfinjazz.blogspot.com/2011/01/antihistamin.html
http://id.scribd.com/doc/92239575/Tetrasiklin-Turunannya
http://yosefw.wordpress.com/2009/03/19/farmakokinetika-klinik-tetrasiklin/
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/04/vestibular-disorders/
http://www.hexpharmjaya.com/page/rifampicin.aspx
http://kautsarku.wordpress.com/2009/09/11/tuberkulostastik-obat-dan-efek-sampingnya/
http://health.detik.com/read/2010/04/04/090651/1331445/763/index.php
http://mipa-farmasi.blogspot.com/2012/03/aspirin-asam-mefenamat.html