Cerita Untuk Tuhan
18 februari 2011
Sesuatu terjadi begitu tak disangka. Menaburkan pikiran yang keras dibawah ambang ilusi. Aku terdiam, melingkup dikelilingi semak belukar tajam. Terasa olehku sesak, bagaikan melilit hati yang menyipuh. Serasa ingin meronta. Berteriak memanggil Tuhan. Kejadian yang benar-benar membuat aku takut dalam bayang-bayang iman yang mulai melemah.
Tuhan, kini nama-Mu aku tanamkan dihati penuh isyarat keyakinan. Sebegitu beratkah sakit yang aku alami ini? Sedikit-demi sedikit ku mulai tanamkan ihklas dalam jiwa. Walau terkadang, rasa kesal meranta, menjerit, ‘Kenapa harus aku yang menanggung semuanya?’. Siapa yang harus bertanggung jawab setelah ini selain aku?
Detik demi detik waktu merebah, setelah usiaku genap 17 tahun. Kunci jiwa dan isi naluriku mulai ku ketahui. Duaarr… meledak hebat, menahan rasa kaget yang begitu dahsyat. Setengah sadar tanpa percaya kata-kata beliau-beliau tentang penyakit yang ternyata selama 17 tahun ini merenggut habis pikiran, jiwa, bahkan kini mulai mengikis habis naluriku. JAHAT!!!. Siapa yang harus aku salahkan? Sungguh memang ini bukanlah keinginanku?
Hati menjerit melihat ragaku kebingungan menentukan apa yang harus dilakukan? Sekilas tampak normal, sehat, tanpa cacat padahal itu jelas-jelas menempel dalam pundak perasaanku. Tuhan, aku hanya bisa berdoa dan berusaha untuk bisa sembuh. Perasaan lelah. Ingin rasanya berakhir derita ini. Ya Allah. Aku hanya ingin sembuh. Benar-benar ingin sembuh. Kini, ku serahkan segalanya dari jiwa dan raga ku pada Mu yang maha pemilik segalanya. Dalam hatiku hanya Kau satu Tuhan penjagaku. Tiada yang lain.
Tuhan, dalam simpuh tangis aku bersujud. Mengadu hati yang nampak gersang oleh alunan-alunan ayat suci Mu. Memohon petunjuk dari apa yang sedang aku alami. Hanya kepadaMu. Tak ada yang lain tempat aku mengadu, memohon, dan meminta. Tak ada yang bisa mengubah cinta dan imanku padaMu. Walaupun setengah jiwa ku kini telah pergi melampaui batas sadar kehidupan yang tengah aku jalani dengan penuh kegambangan yang mengangah kesegala sudut pandangan ku.
Tuhan, aku tahu Engkau mengerti semua. Perasaan jiwa umatMu, kegundahan hati uamtMu. Keperihan kalbu umatMu. Yang setiap saat meminta padaMu dengan selalu mengagungkan keindahanMu serta slalu membawa cintaMu dalam setiap hembusan nafasku. PadaMu Tuhan, segalanya ku serahkan, ikhlas dan pasrah dengan apapun yang telah Kau kehendaki kini, karna aku hanyalah manusia biasa, yang tiada daya upaya tanpan izin Mu yang Maha Penguasa segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar