BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah salah satu penyakit saluran pernafasan, yakni keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas.
Dalam kaitannya dengan penerbangan dapat dibedakan penggunaan obat untuk penerbang dan awak pesawat lainnya dan penggunaan obat untuk para penumpang pesawat. Penggunaan obat baik obat bebas ataupun obat yang harus dengan obat dokter penggunaannya harus sepengetahuan dokter penerbangan begitupun halnya dalam penggunaan obat asma dan saluran pernafasan saat melakukan penerbangan.
Saat ini banyak sekali iklan-iklan obat bebas yang mengatakan bahwa produknya bebas efek samping, tidak menimbulkan ngantuk dan hal-hal lain yang dapat merangsang awak pesawat untuk melakukan self medication, hal ini tidak boleh terjadi sehingga diperlukan suatu komunikasi yang dilandasi keterbukaan dan kerjasama antara awak pesawat dengan dokter penerbangan. Oleh karena masalah tersebut, tentunya kita harus lebih memahami perihal obat-obat apa saja yang aman dikonsumsi dalam penerbangan, terutama obat asma dan saluran pernapasan. Apakah obat-obatan tersebut aman dikonsumsi pada saat melakukan penerbangan?
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah yang akan kita bahas, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan asma dan saluran pernapasan?
2. Apa saja macam-macam obat asma dan saluran pernapasan serta mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obatan tersebut?
3. Apakah obat asma dan saluran pernafasan boleh digunakan dalam penerbangan?
4. Bagaimana rekomendasi FAA terhadap obat asma dan saluran pernapasan dalam penerbangan?
5. Apa saja obat tradisional untuk pengobatan asma dan saluran pernapasan ?
1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud asma dan saluran pernapasan.
2. Mengetahui macam-macam obat asma dan saluran pernapasan beserta mekanisme kerja dan juga efek samping dari obat-obatan tersebut.
3. mengetahui apakah obat asma dan saluran pernafasan boleh atau tidak digunakan dalam penerbangan.
4. Mengetahui rekomendasi FAA terhadap obat asma dan saluran pernapasan dalam penerbangan.
5. Mengetahui obat tradisional untuk pengobatan asma dan saluran pernapasan dalam penerbangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Saluran Pernafasan
Saluran pernapasan dibagi dalam dua golongan utama:
1. Saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring.
2. Saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveoulerv – kapiler.
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membrane alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.
Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :
• Saluran pernafasan atas
• Saluran pernafasan bawah.
Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis, sinusitis, dan toksilitis.
Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik, emfizema, bronkioklialis.
Cara (cheronic aspecific respiratory affections)
Mencakup semua penyakit saluran nafas yang berartikan penyumbatan (obstruksi) bronchi di sertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta peralihannya. Yakni asma, bronchitis kronis, dan emfisema paru yang gejala klinisnya dapat saling menutupi (everlapping). Gejala terpentingnya antara lain sesak nafas (dispnoe) saat mengeluarkan tenaga, selama istirahat dan sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak kental. Karena gangguan tersebut memiliki mekanisme pathofisiologi yang berbeda-bedaa dengan penanganan yang juga tidak sama.
Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.
1. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
2. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
3. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
4. Macam-macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:
a. Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
b. Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.
c. Laringitis, radng pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak serak.
d. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.
e. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
5. Asfikasi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan).
6. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
7. Difteri, adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang dihasilkan kuman difteri.
8. Emfisema, adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
9. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
10. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan di tekak atau amandel.
11. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium.
2.2 Patofisiologis Asma
1. Definisi Asma
Penyakit Asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang mengandung arti “sulit bernapas”. Gejala awal dari timbulnya penyakit asma adalah adanya gejala sesak napas, batuk dan suara mengi (bengek) yang dikarenakan adanya penyempitan dan sumbatan pada pembuluh darah yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada yang membuat saluran udara menjadi terhambat.
Secara global, pengertian penyakit asma adalah suatu jenis penyakit gangguan pernapasan khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang mengakibatkan terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada. Umumnya seseorang yang menderita sesak napas atau asma bersifat sementara dan dapat sembuh seperti sedia kala dengan atau tanpa bantuan obat.
Gejala-Gejala Munculnya Penyakit Asma
Seseorang bisa diduga terserang penyakit asma jika mengeluarkan tanda atau gejala seperti di bawah ini.
1. Ketika sedang bernafas sering mengeluarkan bunyi lenguhan. Namun perlu digarisbawahi bahwa tidak semua penderita asma nafasnya selalu bersuara.
2. Nafas sering menjadi sesak karena organ pernafasan menjadi sempit.
3. Batuk yang tiada henti terutama di waktu malam atau ketika cuaca sedang dingin.
4. Dada terasa sesak dan menjadi sempit, terutama pada bagian paru-paru.
5. Karena nafas terganggu, maka ketika sedang berbicara tidak bisa lancar dan tidak bisa mengatur jalannya pernafasan dengan baik.
Penyebab Terjadinya Penyakit Asma
Istilah penyebab asma sebenarnya kurang tepat karena sampai saat ini penyebab asma belum diketahui. Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidang asma untuk menerangkan sebab terjadinya asma, namun belum satu pun teori atau hipotesis yanga dapat diterima atau disepakati semua para ahli.
Meskipun demikian yang jelas saluran pernapasan penderita asma memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas). Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada penderita asma rangsangan tadi dapat menimbulkan serangan.
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara.
Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya:
• kontraksi otot polos
• peningkatan pembentukan lendir
• perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin.Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.
2.3 Obat Asma dan Saluran Pernapasan
Pengertian obat-obat respiratorik ( Obat saluran pernapasan) : Obat yang bekerja dan mempengaruhi sistem pernafasan
Bentuk sediaan yang tersedia bisa berupa : tablet / kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer, dll
Jenis-jenis obat-obat saluran pernapasan. Dapat dibedakan berdasar :
1. Tujuan Pemberian :
anti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
obat anti batuk dan pilek
golongan dekongestan dan obat hidung lain
2. Efek Terhadap Organ Saluran Pernafasan
Bronkodilator (Obat yang melebarkan saluran nafas)
Anti inflamasi
Penekan sekresi dan edema
A. Golongan Saluran Pernapasan
1. Antihistaminika.
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat : Difenhidramin,Kloerfenilamen maleat,Fenotiasin : Prometazine,Timeprazine
Turunan piperazine : hydroxyzine
2. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
Antitussiv : dexrometorphan
3. Inhalasi
inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan korrtikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali. Dalam sediaan inhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halus (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak napas).
Contoh obat : minyak angin (aromatis), Metaproterenol
B. Antiasma dan Bronkodilator
1. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Termasuk didalamnya adalah formoterol dan salmeterol yang mempunyai durasi kerja panjang lebih dari 12 jam. Cara kerja obat beta2-agonis adalah melalui aktivasi reseptor beta2-adrenergik yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase yang meningkatkan konsentrasi siklik AMP . Beta2-agonis long acting inhalasi menyebabkan relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan klirens mukosiliar, menurunkan permeabilitas vaskuler dan dapat mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Juga menghambat reaksi asma segera dan lambat setelah terjadi induksi oleh alergen, dan menghambat peningkatan respon saluran nafas akibat induksi histamin. Walaupun posisi beta2-agonis inhalasi long acting masih belum ditetapkan pasti dalam penatalaksanaan asma, studi klinis mendapatkan bahwa pengobatan kronis dengan obat ini dapat memperbaiki skor gejala, menurunkan kejadian asma nokturnal, memperbaiki fungsi paru dan mengurangi pemakaian beta2-agonis inhalasi short acting.
Efek sampingnya adalah stimulasi kardiovaskuler, tremor otot skeletal dan hipokalemi. Mekanisme aksi dari long acting beta2-agonis oral, sama dengan obat inhalasi. Obat ini dapat menolong untuk mengontrol gejala nokturnal asma. Dapat dipakai sebagai tambahan terhadap obat kortikosteroid inhalasi, sodium kromolin atau nedokromil kalau dengan dosis standar obat-obat ini tidak mampu mengontrol gejala nokturnal. Efek samping bisa berupa stimulasi kardiovaskuler, kelemahan dan tremor otot skeletal.
2. Kortikosteroid
Rute pemberian bisa secara inhalasi ataupun sistemik (oral atau parenteral).
Mekanisme kerja antiinflamasi dari kortikosteroid belum diketahui secara pasti. Beberapa yang ditawarkan adalah berhubungan dengan metabolisme asam arakidonat, juga sintesa leukotrien dan prostaglandin, mengurangi kerusakan mikrovaskuler, menghambat produksi dan sekresi sitokin, mencegah migrasi dan aktivasi sel radang dan meningkatkan respon reseptor beta pada otot polos saluran nafas.
Studi tentang kortikosteroid inhalasi menunjukkan kegunaannya dalam memperbaiki fungsi paru, mengurangi hiperrespon saluran nafas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan beratnya eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup. Dosis tinggi dan jangka panjang kortikosteroid inhalasi bermanfaat untuk pengobatan asma persisten berat karena dapat menurunkan pemakaian koetikosteroid oral jangka panjang dan mengurangi efek samping sistemik.
Untuk kortikosteroid sistemik, pemberian oral lebih aman dibanding parenteral. Jika kortikosteroid oral akan diberikan secara jangka panjang, harus diperhatikan mengenai efek samping sistemiknya.
Prednison, prednisolon dan metilprednisolon adalah kortikosteroid oral pilihan karena mempunyai efek mineralokortikoid minimal, waktu paruh yang relatif pendek dan efek yang ringan terhadap otot bergaris. Pendapat lain menyatakan kortikosteroid sistemik dipakai pada penderita dengan penyakit akut, pasien yang tidak tertangani dengan baik memakai bronkodilator dan pada pasien yang gejalanya menjadi lebih jelek walaupun telah diberi pengobatan maintenance yang baik.
Efek samping lokal kortikosteroid inhalasi adalah kandidiasis orofaring, disfonia dan kadang batuk. Efek samping sistemik tergantung dari potensi, bioavailabilitas, absorpsi di usus, metabolisme di hepar dan waktu paruhnya. Beberapa studi menyatakan bahwa dosis diatas 1 mg perhari beclometason dipropionat atau budesonid atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain, berhubungan dengan efek sistemik termasuk penebalan kulit dan mudah luka, supresi adrenal dan penurunan metabolisme tulang. Efek sistemik pemakaian jangka panjang kortikosteroid oral adalah osteoporosis, hipertensi arterial, diabetes melitus, supresi HPA aksis, katarak, obesitas, penipisan kulit dan kelemahan otot.
3. Golongan Theophylline
Obat ini merupakan golongan metilxantin utama yang dipakai pada penatalaksanaan asma. Mekanisme kerja teofilin sebagai bronkodilator masih belum diketahui, tetapi mungkin karena teofilin menyebabkan hambatan terhadap phospodiesterase (PDE) isoenzim PDE IV, yang berakibat peningkatan cyclic AMP yang akan menyebabkan bronkodilatasi.
Teofilin adalah bronkodilator yang mempunyai efek ekstrapulmonar, termasuk efek antiinflamasi. Teofilin secara bermakna menghambat reaksi asma segera dan lambat segera setelah paparan dengan alergen. Beberapa studi mendapatkan teofilin berpengaruh baik terhadap inflamasi kronis pada asma.
Banyak studi klinis memperlihatkan bahwa terapi jangka panjang dengan teofilin lepas lambat efektif dalam mengontrol gejala asma dan memperbaiki fungsi paru. Karena mempunyai masa kerja yang panjang, obat ini berguna untuk mengontrol gejala nokturnal yang menetap walaupun telah diberikan obat antiinflamasi.
Efek sampingnya adalah intoksikasi teofilin, yang dapat melibatkan banyak sistem organ yang berlainan. Gejala gastrointestinal, mual dan muntah adalah gejala awal yang paling sering. Pada anak dan orang dewasa bisa terjadi kejang bahkan kematian. Efek kardiopulmoner adalah takikardi, aritmia dan terkadang stimulasi pusat pernafasan.
4. Antikolinergik
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.
1) Ipratropium Bromida
Mekanisme kerja Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik (parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik. Ipratropium bromida (semprot hidung) mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung. Indikasinya adalah digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema
2) Tiotropium Bromida
Mekanisme kerja Tiotropium adalah obat muskarinik kerja diperlama yang biasanya digunakan sebagai antikolinergik. Pada saluran pernapasan, tiotropium menunjukkan efek farmakologi dengan cara menghambat reseptor M3 pada otot polos sehingga terjadi bronkodilasi. Bronkodilasi yang timbul setelah inhalasi tiotropium bersifat sangat spesifik pada lokasi tertentu. Indikasi dari Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk bronkitis kronis dan emfisema.
Obat-obat Lain Antiasma
A. Kromolin Natrium dan Nedokromil
1) Kromolin Natrium
Mekanisme kerja kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin tidak mempunyai aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas glukokortikoid. Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A ( Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.
Indikasinya adalah Asma bronkial (inhalasi, larutan dan aerosol) : sebagai pengobatan profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien dengan gejala berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler.
2) Nedokromil Natrium
Mekanisme kerja Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma. Obat ini akan menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon bronko konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi.
Nedokromil diindikasikan untuk asma. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan sampai sedang.
B. Pengubah leukotrien
Contoh obat ini ; montelucas, zafirlucas dan zileuton merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).
2. Obat Tradisional Asma dan Saluran Pernapasan
Seperti yang kita ketahui, ada berbagai pemicu atau penyebab terjadinya asma. Namun kabar baiknya, asma juga bisa diobati dengan berbagai cara yang berbeda. Tentu saja, solusi terbaik idealnya adalah solusi yang alami. Dua bahan alami untuk meringankan asma secara efektif adalah madu dan jahe.
1. Madu untuk Asma
Madu sangat baik untuk asma. Madu membantu mengencerkan dan membuang lendir dari sistem pernapasan.
Lendir yang terakumulasi di saluran pernapasan akan menghambat aliran udara sehingga dapat memicu atau membuat serangan asma semakin memburuk.
Berikut adalah beberapa ramuan madu yang baik untuk meringankan asma:
* Satu sendok teh madu dengan air diminum setiap hari.
* Satu sendok teh air hangat ditambah seperempat sendok teh bubuk kunyit diminum dua kali sehari.
* Satu sendok teh madu dengan setengah sendok teh bubuk kayu manis diminum sekali sehari (baik pagi atau malam).
* Satu sendok makan madu, satu sendok teh bawang putih tumbuk (jus bawang putih), dan setengah sendok teh asafetida. Campur semua bahan ini bersama-sama dan diminum dua kali sehari.
2. Jahe untuk Asma
Jahe juga sangat baik untuk asma. Jahe bisa menghentikan inflamasi atau peradangan. Asma terjadi karena adanya peradangan pada saluran pernapasan. Ketika dicampur dengan bahan tertentu, jahe juga bisa bertindak sebagai ekspektoran. Ekspektoraan akan membantu menyingkirkan lendir dari sistem pernafasan.
Berikut adalah beberapa ramuan jahe untuk asma:
* Satu sendok teh jahe dengan satu cangkir ramuan fenugreek diminum sekali sehari.
* Jus jahe segar (jage tumbuk) dicampur dengan madu diminum sehari sekali.
* Sediakan setengah sendok teh jahe segar, satu sendok teh biji jinten, sejumput pala, dan segelas air. Campurkan semua bahan tersebut dan didihkan. Minum ramuan selagi hangat.
Efektivitas Madu dan Jahe
Efektivitas madu dan jahe sebagai obat asma alami telah terbukti. Namun yang perlu diingat, asma dipicu oleh berbagai faktor yang berbeda. Itu sebab, perlu dilakukan pengujian ramuan jenis mana yang paling tepat dan efektif meringankan asma sesuai kondisi khusus seseorang. Secara keseluruhan, madu dan jahe adalah dua bahan alami efektif yang dapat ditambahkan ke ramuan apapun. Madu membantu membersihkan sistem pernapasan dari lendir sementara jahe membantu menghentikan radang dan lendir dari saluran pernapasan.
3. Obat herbal Penyakit Asma Jelly Gamat Luxor Paling Ampuh dan Aman untuk Menyembuhkan Penyakit Asma secara alami
Obat Herbal Penyakit Asma Obat Tradisional Asma Jelly Gamat Luxor ini, terbuat dari ekstra teripang 34% lebih banyak, tentu kita pun sudah mengetahuinya bahwa teripang memiliki banyak sekali khasiat yang setiap kandungannya ampuh memberantas beragam penyakit kesumbernya. Kandungan tersebut diantaranya kolagen, mineral, omega 3, CGF (Cell Growth Factor), asam lemak dan masih abnyak lagi. Untuk obat tradisional Asma yang paling berpengaruh yaitu kandungan asam lemaknya, hal ini diperkuat dengan penelitian Subhuti Dharmananda, PhD dari Institut Pengobatan Tradisional Portland, Amerika Serikat yang mengungkap teripang mengandung asam lemak metiltetradekanoik penghambat kinerja enzim lipoksigenase yang dapat memacu kerusakan saluran pernapasan penyebab asma.
2.4 Apakah Obat Asma dan Saluran Pernapasan bisa digunakan dalam Penerbangan ?
Gangguan pernapasan seperti asma perlu disediakan oksigen (masker oksigen tersedia ditiap tempat duduk penumpang), salbutamol (ventolin) sebagai bronkordilator, sediaan aerosol (inhaler) atau oral.
Beberapa Pengaruh Obat-Obatan Dalam Penerbangan Khususnya Obat Asma dan Saluran Pernapasan
1. Obat antihistamin. Loratadin dan astemizol dapat digunakan dalam batasan indikasi dan dosis yang tepat untuk alergi. Antihistamin yang bersifat sedasi misalnya CTM tidak boleh digunakan oleh awak pesawat selama bertugas, karena dapat mempengaruhi ketrampilan psikomotor. Obat flu yang mengandung antihistamin dan dekongestan misalnya efedrin tidak boleh digunakan karena efek sampingnya antara lain mulut kering, takikardia, aritmia, hipertensi, pandangan kabur yang sangat berbahaya untuk tugas terbang. Penerbang baru boleh bertugas kembali minimal setelah 12 jam terhitung dari pemberian dosis terakhir.
2. Obat-obat alternatif/tradisional. Obat-obat alternatif untuk penerbang harus diwaspadai, karena efektifitasnya belum terbukti secara klinis, data farmakokinetik, farmakodinamik, dan data klinis lainnya belum tersedia sehingga keamanannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Apalagi di Indonesia banyak pabrik obat tardisonal nakal yang dengan sengaja menambahkan zat aktif tertentu ke dalam produknya misalnya : dekametason, fenilbutazon, parasetamol, diazepam dan sebagainya dengan maksud agar kasiatnya terasa lebih “ces pleng”.
2.5 Obat Asma dan Saluran Pernafasan Berdasarkan Rekomendasi FAA
Asma / PPOK - Kondisi sering membutuhkan kombinasi obat yang biasanya disetujui oleh FAA secara individual saja. Prednisone diterima sampai dengan 20 mg saja. Kasus per kasus obat disetujui meliputi tetapi tidak mungkin terbatas pada:
• Advair, Flovent (Flutikason Propiona)
• Accolate (Zafirlukast)
• Aerobid (flunisolide)
• Azmacort (Tiamcinolone)
• Foradil (Formoterol)
• Proventil, Pentolin, Ventolin (Albuterol)
• Serevent (Salmeterol)
• Singulair (Montelukast)
• Theo-Dur, Uniphyl (Theophylline)
• Xolair (Omalizumab)
• Zyflo (zileuton) LEBIH
Alergi, Dingin, Dekongestan - Sudafed (Pseudoefedrin) dan Entex (Fenilpropanolamin) disetujui oleh FAA asalkan mereka tidak dikombinasikan dengan antihistamin.
Claritin (loratadine), Clarinex (desloratadine) dan Allegra (Fexofenadine) yang diterima oleh FAA tidak memberikan efek samping negatif berpengalaman. Suntikan vitamin B-12 profilaksis atau lainnya yang disetujui asalkan tidak ada efek samping.
Inhaler disetujui meliputi:
• Afrin (Hidroklorida oxymetazoline)
• Atrovent (Ipratropium) KASUS DENGAN KASUS HANYA
• Beconase (beklometason dipropionat)
• Flonase (Flutikason propionate)
• Nasalcrom (Cromolyn Sodium)
• Nasalide (flunisolide)
• Vancenase (beklometason dipropionat)
Obat penenang yang tidak dapat diterima. Ini termasuk namun tidak terbatas pada:. Cetirazine (Zyrtec), Dipenhydramine (Benadryl) dan Astelin (azelastine) Nasal Inhaler.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang mengakibatkan terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat asma digolongkan menjadi empat, yaitu ; 1. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik, Kortikosteroid, Golongan Theophylline, Antikolinergik.
Pada penderita gangguan asma dan saluran pernapasan yang melakukan penerbangan, perlu diperhatikan mengenai obat-obatan yang aman digunakan dalam penerbangan. Ada beberapa obat gangguan asma dan saluran pernapasan yang diperbolehkan untuk penerbangan seperti obat-obatan asma yang direkomendasikan oleh FAA seperti Prednisone (sebagai obat steroid antiimflamasi) diterima sampai dengan 20 mg saja sebagai obat asma.
Sedangkan untuk Alergi, Dingin, Dekongestan - Sudafed (Pseudoefedrin) dan Entex (Fenilpropanolamin) disetujui oleh FAA asalkan mereka tidak dikombinasikan dengan antihistamin.
Berdasarkan rekomendasi FAA, obat-obatan asma dapat digunakan dalam penerbangan, kecuali obat-obat gangguan asma dan saluran pernapasan yang tergolong antihistamin atau obat-obat asma dan saluran pernapasan yang dikombinasikan dengan antihistamin.
Semoga Bermanfaant :))
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah salah satu penyakit saluran pernafasan, yakni keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas.
Dalam kaitannya dengan penerbangan dapat dibedakan penggunaan obat untuk penerbang dan awak pesawat lainnya dan penggunaan obat untuk para penumpang pesawat. Penggunaan obat baik obat bebas ataupun obat yang harus dengan obat dokter penggunaannya harus sepengetahuan dokter penerbangan begitupun halnya dalam penggunaan obat asma dan saluran pernafasan saat melakukan penerbangan.
Saat ini banyak sekali iklan-iklan obat bebas yang mengatakan bahwa produknya bebas efek samping, tidak menimbulkan ngantuk dan hal-hal lain yang dapat merangsang awak pesawat untuk melakukan self medication, hal ini tidak boleh terjadi sehingga diperlukan suatu komunikasi yang dilandasi keterbukaan dan kerjasama antara awak pesawat dengan dokter penerbangan. Oleh karena masalah tersebut, tentunya kita harus lebih memahami perihal obat-obat apa saja yang aman dikonsumsi dalam penerbangan, terutama obat asma dan saluran pernapasan. Apakah obat-obatan tersebut aman dikonsumsi pada saat melakukan penerbangan?
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah yang akan kita bahas, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan asma dan saluran pernapasan?
2. Apa saja macam-macam obat asma dan saluran pernapasan serta mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obatan tersebut?
3. Apakah obat asma dan saluran pernafasan boleh digunakan dalam penerbangan?
4. Bagaimana rekomendasi FAA terhadap obat asma dan saluran pernapasan dalam penerbangan?
5. Apa saja obat tradisional untuk pengobatan asma dan saluran pernapasan ?
1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud asma dan saluran pernapasan.
2. Mengetahui macam-macam obat asma dan saluran pernapasan beserta mekanisme kerja dan juga efek samping dari obat-obatan tersebut.
3. mengetahui apakah obat asma dan saluran pernafasan boleh atau tidak digunakan dalam penerbangan.
4. Mengetahui rekomendasi FAA terhadap obat asma dan saluran pernapasan dalam penerbangan.
5. Mengetahui obat tradisional untuk pengobatan asma dan saluran pernapasan dalam penerbangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Saluran Pernafasan
Saluran pernapasan dibagi dalam dua golongan utama:
1. Saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring.
2. Saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveoulerv – kapiler.
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membrane alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.
Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :
• Saluran pernafasan atas
• Saluran pernafasan bawah.
Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis, sinusitis, dan toksilitis.
Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik, emfizema, bronkioklialis.
Cara (cheronic aspecific respiratory affections)
Mencakup semua penyakit saluran nafas yang berartikan penyumbatan (obstruksi) bronchi di sertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta peralihannya. Yakni asma, bronchitis kronis, dan emfisema paru yang gejala klinisnya dapat saling menutupi (everlapping). Gejala terpentingnya antara lain sesak nafas (dispnoe) saat mengeluarkan tenaga, selama istirahat dan sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak kental. Karena gangguan tersebut memiliki mekanisme pathofisiologi yang berbeda-bedaa dengan penanganan yang juga tidak sama.
Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.
1. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
2. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
3. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
4. Macam-macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:
a. Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
b. Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.
c. Laringitis, radng pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak serak.
d. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.
e. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
5. Asfikasi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan).
6. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
7. Difteri, adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang dihasilkan kuman difteri.
8. Emfisema, adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
9. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
10. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan di tekak atau amandel.
11. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium.
2.2 Patofisiologis Asma
1. Definisi Asma
Penyakit Asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang mengandung arti “sulit bernapas”. Gejala awal dari timbulnya penyakit asma adalah adanya gejala sesak napas, batuk dan suara mengi (bengek) yang dikarenakan adanya penyempitan dan sumbatan pada pembuluh darah yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada yang membuat saluran udara menjadi terhambat.
Secara global, pengertian penyakit asma adalah suatu jenis penyakit gangguan pernapasan khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang mengakibatkan terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada. Umumnya seseorang yang menderita sesak napas atau asma bersifat sementara dan dapat sembuh seperti sedia kala dengan atau tanpa bantuan obat.
Gejala-Gejala Munculnya Penyakit Asma
Seseorang bisa diduga terserang penyakit asma jika mengeluarkan tanda atau gejala seperti di bawah ini.
1. Ketika sedang bernafas sering mengeluarkan bunyi lenguhan. Namun perlu digarisbawahi bahwa tidak semua penderita asma nafasnya selalu bersuara.
2. Nafas sering menjadi sesak karena organ pernafasan menjadi sempit.
3. Batuk yang tiada henti terutama di waktu malam atau ketika cuaca sedang dingin.
4. Dada terasa sesak dan menjadi sempit, terutama pada bagian paru-paru.
5. Karena nafas terganggu, maka ketika sedang berbicara tidak bisa lancar dan tidak bisa mengatur jalannya pernafasan dengan baik.
Penyebab Terjadinya Penyakit Asma
Istilah penyebab asma sebenarnya kurang tepat karena sampai saat ini penyebab asma belum diketahui. Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidang asma untuk menerangkan sebab terjadinya asma, namun belum satu pun teori atau hipotesis yanga dapat diterima atau disepakati semua para ahli.
Meskipun demikian yang jelas saluran pernapasan penderita asma memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas). Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada penderita asma rangsangan tadi dapat menimbulkan serangan.
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara.
Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya:
• kontraksi otot polos
• peningkatan pembentukan lendir
• perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin.Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.
2.3 Obat Asma dan Saluran Pernapasan
Pengertian obat-obat respiratorik ( Obat saluran pernapasan) : Obat yang bekerja dan mempengaruhi sistem pernafasan
Bentuk sediaan yang tersedia bisa berupa : tablet / kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer, dll
Jenis-jenis obat-obat saluran pernapasan. Dapat dibedakan berdasar :
1. Tujuan Pemberian :
anti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
obat anti batuk dan pilek
golongan dekongestan dan obat hidung lain
2. Efek Terhadap Organ Saluran Pernafasan
Bronkodilator (Obat yang melebarkan saluran nafas)
Anti inflamasi
Penekan sekresi dan edema
A. Golongan Saluran Pernapasan
1. Antihistaminika.
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat : Difenhidramin,Kloerfenilamen maleat,Fenotiasin : Prometazine,Timeprazine
Turunan piperazine : hydroxyzine
2. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
Antitussiv : dexrometorphan
3. Inhalasi
inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan korrtikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali. Dalam sediaan inhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halus (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak napas).
Contoh obat : minyak angin (aromatis), Metaproterenol
B. Antiasma dan Bronkodilator
1. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Termasuk didalamnya adalah formoterol dan salmeterol yang mempunyai durasi kerja panjang lebih dari 12 jam. Cara kerja obat beta2-agonis adalah melalui aktivasi reseptor beta2-adrenergik yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase yang meningkatkan konsentrasi siklik AMP . Beta2-agonis long acting inhalasi menyebabkan relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan klirens mukosiliar, menurunkan permeabilitas vaskuler dan dapat mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Juga menghambat reaksi asma segera dan lambat setelah terjadi induksi oleh alergen, dan menghambat peningkatan respon saluran nafas akibat induksi histamin. Walaupun posisi beta2-agonis inhalasi long acting masih belum ditetapkan pasti dalam penatalaksanaan asma, studi klinis mendapatkan bahwa pengobatan kronis dengan obat ini dapat memperbaiki skor gejala, menurunkan kejadian asma nokturnal, memperbaiki fungsi paru dan mengurangi pemakaian beta2-agonis inhalasi short acting.
Efek sampingnya adalah stimulasi kardiovaskuler, tremor otot skeletal dan hipokalemi. Mekanisme aksi dari long acting beta2-agonis oral, sama dengan obat inhalasi. Obat ini dapat menolong untuk mengontrol gejala nokturnal asma. Dapat dipakai sebagai tambahan terhadap obat kortikosteroid inhalasi, sodium kromolin atau nedokromil kalau dengan dosis standar obat-obat ini tidak mampu mengontrol gejala nokturnal. Efek samping bisa berupa stimulasi kardiovaskuler, kelemahan dan tremor otot skeletal.
2. Kortikosteroid
Rute pemberian bisa secara inhalasi ataupun sistemik (oral atau parenteral).
Mekanisme kerja antiinflamasi dari kortikosteroid belum diketahui secara pasti. Beberapa yang ditawarkan adalah berhubungan dengan metabolisme asam arakidonat, juga sintesa leukotrien dan prostaglandin, mengurangi kerusakan mikrovaskuler, menghambat produksi dan sekresi sitokin, mencegah migrasi dan aktivasi sel radang dan meningkatkan respon reseptor beta pada otot polos saluran nafas.
Studi tentang kortikosteroid inhalasi menunjukkan kegunaannya dalam memperbaiki fungsi paru, mengurangi hiperrespon saluran nafas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan beratnya eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup. Dosis tinggi dan jangka panjang kortikosteroid inhalasi bermanfaat untuk pengobatan asma persisten berat karena dapat menurunkan pemakaian koetikosteroid oral jangka panjang dan mengurangi efek samping sistemik.
Untuk kortikosteroid sistemik, pemberian oral lebih aman dibanding parenteral. Jika kortikosteroid oral akan diberikan secara jangka panjang, harus diperhatikan mengenai efek samping sistemiknya.
Prednison, prednisolon dan metilprednisolon adalah kortikosteroid oral pilihan karena mempunyai efek mineralokortikoid minimal, waktu paruh yang relatif pendek dan efek yang ringan terhadap otot bergaris. Pendapat lain menyatakan kortikosteroid sistemik dipakai pada penderita dengan penyakit akut, pasien yang tidak tertangani dengan baik memakai bronkodilator dan pada pasien yang gejalanya menjadi lebih jelek walaupun telah diberi pengobatan maintenance yang baik.
Efek samping lokal kortikosteroid inhalasi adalah kandidiasis orofaring, disfonia dan kadang batuk. Efek samping sistemik tergantung dari potensi, bioavailabilitas, absorpsi di usus, metabolisme di hepar dan waktu paruhnya. Beberapa studi menyatakan bahwa dosis diatas 1 mg perhari beclometason dipropionat atau budesonid atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain, berhubungan dengan efek sistemik termasuk penebalan kulit dan mudah luka, supresi adrenal dan penurunan metabolisme tulang. Efek sistemik pemakaian jangka panjang kortikosteroid oral adalah osteoporosis, hipertensi arterial, diabetes melitus, supresi HPA aksis, katarak, obesitas, penipisan kulit dan kelemahan otot.
3. Golongan Theophylline
Obat ini merupakan golongan metilxantin utama yang dipakai pada penatalaksanaan asma. Mekanisme kerja teofilin sebagai bronkodilator masih belum diketahui, tetapi mungkin karena teofilin menyebabkan hambatan terhadap phospodiesterase (PDE) isoenzim PDE IV, yang berakibat peningkatan cyclic AMP yang akan menyebabkan bronkodilatasi.
Teofilin adalah bronkodilator yang mempunyai efek ekstrapulmonar, termasuk efek antiinflamasi. Teofilin secara bermakna menghambat reaksi asma segera dan lambat segera setelah paparan dengan alergen. Beberapa studi mendapatkan teofilin berpengaruh baik terhadap inflamasi kronis pada asma.
Banyak studi klinis memperlihatkan bahwa terapi jangka panjang dengan teofilin lepas lambat efektif dalam mengontrol gejala asma dan memperbaiki fungsi paru. Karena mempunyai masa kerja yang panjang, obat ini berguna untuk mengontrol gejala nokturnal yang menetap walaupun telah diberikan obat antiinflamasi.
Efek sampingnya adalah intoksikasi teofilin, yang dapat melibatkan banyak sistem organ yang berlainan. Gejala gastrointestinal, mual dan muntah adalah gejala awal yang paling sering. Pada anak dan orang dewasa bisa terjadi kejang bahkan kematian. Efek kardiopulmoner adalah takikardi, aritmia dan terkadang stimulasi pusat pernafasan.
4. Antikolinergik
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.
1) Ipratropium Bromida
Mekanisme kerja Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik (parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik. Ipratropium bromida (semprot hidung) mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung. Indikasinya adalah digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema
2) Tiotropium Bromida
Mekanisme kerja Tiotropium adalah obat muskarinik kerja diperlama yang biasanya digunakan sebagai antikolinergik. Pada saluran pernapasan, tiotropium menunjukkan efek farmakologi dengan cara menghambat reseptor M3 pada otot polos sehingga terjadi bronkodilasi. Bronkodilasi yang timbul setelah inhalasi tiotropium bersifat sangat spesifik pada lokasi tertentu. Indikasi dari Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk bronkitis kronis dan emfisema.
Obat-obat Lain Antiasma
A. Kromolin Natrium dan Nedokromil
1) Kromolin Natrium
Mekanisme kerja kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin tidak mempunyai aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas glukokortikoid. Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A ( Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.
Indikasinya adalah Asma bronkial (inhalasi, larutan dan aerosol) : sebagai pengobatan profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien dengan gejala berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler.
2) Nedokromil Natrium
Mekanisme kerja Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma. Obat ini akan menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon bronko konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi.
Nedokromil diindikasikan untuk asma. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan sampai sedang.
B. Pengubah leukotrien
Contoh obat ini ; montelucas, zafirlucas dan zileuton merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).
2. Obat Tradisional Asma dan Saluran Pernapasan
Seperti yang kita ketahui, ada berbagai pemicu atau penyebab terjadinya asma. Namun kabar baiknya, asma juga bisa diobati dengan berbagai cara yang berbeda. Tentu saja, solusi terbaik idealnya adalah solusi yang alami. Dua bahan alami untuk meringankan asma secara efektif adalah madu dan jahe.
1. Madu untuk Asma
Madu sangat baik untuk asma. Madu membantu mengencerkan dan membuang lendir dari sistem pernapasan.
Lendir yang terakumulasi di saluran pernapasan akan menghambat aliran udara sehingga dapat memicu atau membuat serangan asma semakin memburuk.
Berikut adalah beberapa ramuan madu yang baik untuk meringankan asma:
* Satu sendok teh madu dengan air diminum setiap hari.
* Satu sendok teh air hangat ditambah seperempat sendok teh bubuk kunyit diminum dua kali sehari.
* Satu sendok teh madu dengan setengah sendok teh bubuk kayu manis diminum sekali sehari (baik pagi atau malam).
* Satu sendok makan madu, satu sendok teh bawang putih tumbuk (jus bawang putih), dan setengah sendok teh asafetida. Campur semua bahan ini bersama-sama dan diminum dua kali sehari.
2. Jahe untuk Asma
Jahe juga sangat baik untuk asma. Jahe bisa menghentikan inflamasi atau peradangan. Asma terjadi karena adanya peradangan pada saluran pernapasan. Ketika dicampur dengan bahan tertentu, jahe juga bisa bertindak sebagai ekspektoran. Ekspektoraan akan membantu menyingkirkan lendir dari sistem pernafasan.
Berikut adalah beberapa ramuan jahe untuk asma:
* Satu sendok teh jahe dengan satu cangkir ramuan fenugreek diminum sekali sehari.
* Jus jahe segar (jage tumbuk) dicampur dengan madu diminum sehari sekali.
* Sediakan setengah sendok teh jahe segar, satu sendok teh biji jinten, sejumput pala, dan segelas air. Campurkan semua bahan tersebut dan didihkan. Minum ramuan selagi hangat.
Efektivitas Madu dan Jahe
Efektivitas madu dan jahe sebagai obat asma alami telah terbukti. Namun yang perlu diingat, asma dipicu oleh berbagai faktor yang berbeda. Itu sebab, perlu dilakukan pengujian ramuan jenis mana yang paling tepat dan efektif meringankan asma sesuai kondisi khusus seseorang. Secara keseluruhan, madu dan jahe adalah dua bahan alami efektif yang dapat ditambahkan ke ramuan apapun. Madu membantu membersihkan sistem pernapasan dari lendir sementara jahe membantu menghentikan radang dan lendir dari saluran pernapasan.
3. Obat herbal Penyakit Asma Jelly Gamat Luxor Paling Ampuh dan Aman untuk Menyembuhkan Penyakit Asma secara alami
Obat Herbal Penyakit Asma Obat Tradisional Asma Jelly Gamat Luxor ini, terbuat dari ekstra teripang 34% lebih banyak, tentu kita pun sudah mengetahuinya bahwa teripang memiliki banyak sekali khasiat yang setiap kandungannya ampuh memberantas beragam penyakit kesumbernya. Kandungan tersebut diantaranya kolagen, mineral, omega 3, CGF (Cell Growth Factor), asam lemak dan masih abnyak lagi. Untuk obat tradisional Asma yang paling berpengaruh yaitu kandungan asam lemaknya, hal ini diperkuat dengan penelitian Subhuti Dharmananda, PhD dari Institut Pengobatan Tradisional Portland, Amerika Serikat yang mengungkap teripang mengandung asam lemak metiltetradekanoik penghambat kinerja enzim lipoksigenase yang dapat memacu kerusakan saluran pernapasan penyebab asma.
2.4 Apakah Obat Asma dan Saluran Pernapasan bisa digunakan dalam Penerbangan ?
Gangguan pernapasan seperti asma perlu disediakan oksigen (masker oksigen tersedia ditiap tempat duduk penumpang), salbutamol (ventolin) sebagai bronkordilator, sediaan aerosol (inhaler) atau oral.
Beberapa Pengaruh Obat-Obatan Dalam Penerbangan Khususnya Obat Asma dan Saluran Pernapasan
1. Obat antihistamin. Loratadin dan astemizol dapat digunakan dalam batasan indikasi dan dosis yang tepat untuk alergi. Antihistamin yang bersifat sedasi misalnya CTM tidak boleh digunakan oleh awak pesawat selama bertugas, karena dapat mempengaruhi ketrampilan psikomotor. Obat flu yang mengandung antihistamin dan dekongestan misalnya efedrin tidak boleh digunakan karena efek sampingnya antara lain mulut kering, takikardia, aritmia, hipertensi, pandangan kabur yang sangat berbahaya untuk tugas terbang. Penerbang baru boleh bertugas kembali minimal setelah 12 jam terhitung dari pemberian dosis terakhir.
2. Obat-obat alternatif/tradisional. Obat-obat alternatif untuk penerbang harus diwaspadai, karena efektifitasnya belum terbukti secara klinis, data farmakokinetik, farmakodinamik, dan data klinis lainnya belum tersedia sehingga keamanannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Apalagi di Indonesia banyak pabrik obat tardisonal nakal yang dengan sengaja menambahkan zat aktif tertentu ke dalam produknya misalnya : dekametason, fenilbutazon, parasetamol, diazepam dan sebagainya dengan maksud agar kasiatnya terasa lebih “ces pleng”.
2.5 Obat Asma dan Saluran Pernafasan Berdasarkan Rekomendasi FAA
Asma / PPOK - Kondisi sering membutuhkan kombinasi obat yang biasanya disetujui oleh FAA secara individual saja. Prednisone diterima sampai dengan 20 mg saja. Kasus per kasus obat disetujui meliputi tetapi tidak mungkin terbatas pada:
• Advair, Flovent (Flutikason Propiona)
• Accolate (Zafirlukast)
• Aerobid (flunisolide)
• Azmacort (Tiamcinolone)
• Foradil (Formoterol)
• Proventil, Pentolin, Ventolin (Albuterol)
• Serevent (Salmeterol)
• Singulair (Montelukast)
• Theo-Dur, Uniphyl (Theophylline)
• Xolair (Omalizumab)
• Zyflo (zileuton) LEBIH
Alergi, Dingin, Dekongestan - Sudafed (Pseudoefedrin) dan Entex (Fenilpropanolamin) disetujui oleh FAA asalkan mereka tidak dikombinasikan dengan antihistamin.
Claritin (loratadine), Clarinex (desloratadine) dan Allegra (Fexofenadine) yang diterima oleh FAA tidak memberikan efek samping negatif berpengalaman. Suntikan vitamin B-12 profilaksis atau lainnya yang disetujui asalkan tidak ada efek samping.
Inhaler disetujui meliputi:
• Afrin (Hidroklorida oxymetazoline)
• Atrovent (Ipratropium) KASUS DENGAN KASUS HANYA
• Beconase (beklometason dipropionat)
• Flonase (Flutikason propionate)
• Nasalcrom (Cromolyn Sodium)
• Nasalide (flunisolide)
• Vancenase (beklometason dipropionat)
Obat penenang yang tidak dapat diterima. Ini termasuk namun tidak terbatas pada:. Cetirazine (Zyrtec), Dipenhydramine (Benadryl) dan Astelin (azelastine) Nasal Inhaler.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang mengakibatkan terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat asma digolongkan menjadi empat, yaitu ; 1. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik, Kortikosteroid, Golongan Theophylline, Antikolinergik.
Pada penderita gangguan asma dan saluran pernapasan yang melakukan penerbangan, perlu diperhatikan mengenai obat-obatan yang aman digunakan dalam penerbangan. Ada beberapa obat gangguan asma dan saluran pernapasan yang diperbolehkan untuk penerbangan seperti obat-obatan asma yang direkomendasikan oleh FAA seperti Prednisone (sebagai obat steroid antiimflamasi) diterima sampai dengan 20 mg saja sebagai obat asma.
Sedangkan untuk Alergi, Dingin, Dekongestan - Sudafed (Pseudoefedrin) dan Entex (Fenilpropanolamin) disetujui oleh FAA asalkan mereka tidak dikombinasikan dengan antihistamin.
Berdasarkan rekomendasi FAA, obat-obatan asma dapat digunakan dalam penerbangan, kecuali obat-obat gangguan asma dan saluran pernapasan yang tergolong antihistamin atau obat-obat asma dan saluran pernapasan yang dikombinasikan dengan antihistamin.
Semoga Bermanfaant :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar