Kamis, 21 Maret 2013

Laporan Fisika Farmasi Sistem Dispersi

LAPORAN RESMI KELOMPOK PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
 SISTEM DISPERSI
SENIN, 11 MARET 2013
















D-3 FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN
TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG
2013

    TUJUAN PRAKTIKUM
    Menentukan dispersibilitas suatu zat dalam pelarut air dengan penambahan cmc dalam berbagai konsentrasi.

    DASAR TEORI
A. Sistem Dispersi
Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil yang dikenal sebagaifase terdispersi yang terdistribusi secara merata keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Bahan-bahan yang terdispersi bisa saja memiliki ukuran partikel berdimensi atom atau molekul sampai partikel yang dapat diukur dengan satuan milimeter. Oleh karena itu, cara paling mudah untuk menggolongkan system dispersi adalah berdasarkan diameter dari partikel rata-rata dari bahan yang terdispersi. Umumnya, sistem dispersi digolongkan menjadi tiga, yaitu:
    Dispersi Molekular atau biasa disebut larutan
    Dispersi Koloidal
    Dispersi Kasar
B. Suspensi
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus disebarkansecara merata dalam pembawa obat dimana obat tersebut menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Beberapa suspense resmi diperdagangkan dalam bentuk siap pakai, ada juga yang tersedia dalam bentuk serbuk kering (dry syrup) untuk disuspensikan dalam cairan pembawa (umumnya berupa air), salah satu contohnya adalah suspensi antibiotika yang biasa ditemukan dalam bentuk drysyrup.
Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspensi farmasetik yang baik. Di samping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan. Ada sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi:
    Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata kembali bila dikocok.
    Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
    Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Terdapat beberapa point yang dapat menjadi penilai kestabilan sediaan suspensi. Yaitu:
1. Volume sedimentasi
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.  Rumus F = Vu/Vo 
Bila F = 1 atau mendekati 1, maka sediaan baik karena tidak adanya supernatant jernih pada pendiaman
•      Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dari volume awal
•      Formulasi lebih baik jika dihasilkan kurva garis horisontal.
2. Derajat flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu)terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas,membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
    Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampaititikbeku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
    Deflokulasi :
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal. Sedimen terbentuk lambat. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
    Flokulasi :
Partikel merupakan agregat yang bebas. Sedimentasi terjadi cepat. Sedimen terbentuk cepat. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
Monografi Bahan Uji Sistem Dispersi :
    NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM (Na-CMC)
Natrium Karboksi metil selulosa adalah garam natrium polikarboksimetil eter selulosa. Mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak lebih dari 9,5 % Na, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kekentalan larutan 2 gram dalam 100 mL air, untuk zat yang mempunyai kekentalan 100 cP atau kurang, tidak kurang dari 80 % dan tidak lebih dari 120 % dari ketentuan yang tertera pada etiket; untuk zat yang mempunyai kekentalan lebih dari 100 cP, tidak kurang dari 75 % dan tidak lebih dari 140 % dari ketentuan yang tertera pada etiket.
Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal; tidak larut dalam etanol (95 %) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
Khasiat dan Penggunaan : Zat tambahan. (FI III 1979, Halaman 401)

    Parasetamol (Acetaminophen)
Asetaminofen mengandung tidak kuran dari 98,0% dan tidak lebihdari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian      : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan         : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalm 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat         : Analgetikum ;Antipiretikum.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat yang Digunakan
Nama Alat    Gambar    Nama Alat    Gambar
1. Mortir dan Stamper         2.Beaker Glass   
3.Spatel Logam         4.Pipet Tetes   
5.Gelas Ukur         6.Kompor Listrik   

3.2 Bahan yang Digunakan
1. Na-CMC
2. Paracetamol
3. Aquadest

VI. PROSEDUR
    Pembuatan Suspensi untuk Blangko















    Pembuatan Suspensi dengan campuran Paracetamol

















V. HASIL PENGAMATAN

5.1 Hasil Pengamatan Blanko CMC 3 %

Waktu    Volume Awal    Volume Akhir    F    Sedimentasi
0 menit    100 ml    100 ml    1    stabil
15 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
30 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
60 menit    100 ml    99 ml    0,99    Stabil
45 jam    100 ml    99 ml    0,99    Stabil

5.2 Hasil Pengamatan Blanko CMC 3,5%

Waktu    Volume Awal    Voluma Akhir    F    Sedimentasi
0 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
15 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
30 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
60 menit    100 ml    99 ml    0,99    Stabil
45 jam    100 ml    99 ml    0,99    Stabil

5.3 Hasil Pengamatan Paracetamol + CMC 3 %

Waktu    Volume Awal    Volume Akhir    F    Sedimentasi
0 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
15 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
30 menit    100 ml    99 ml    0,99    Stabil
36 menit    100 ml    98 ml    0,98    Stabil
45 jam    100 ml    98 ml    0,98    Stabil

5.4 Hasil Pengamatan Paracetamol + CMC 3,5%

Waktu    Volume Awal    Volume Akhir    F    Sedimentasi
0 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
15 menit    100 ml    100 ml    1    Stabil
30 menit    100 ml    99 ml    0,99    Stabil
38 menit    100 ml    99 ml    0,99    Stabil
45 jam    100 ml    98 ml    0,98    Stabil





     Data Volume Sedimentasi (F) Setiap Kelompok.

    Volume Sedimentasi (F) Kelompok B1

Waktu    Blanko CMC    PCT + CMC
    CMC 1,5 %    CMC 2,5 %    PCT + CMC 1,5 %    PCT + CMC 2,5%
0 menit    1    1    1    1
15 menit    1    1    1    1
30 menit    0,99    0,99    0,99    0,99
60 menit    0,98    0,98    0,97    0,98
45 jam    0,69    0,93    0,93    0,98

    Volume Sedimentasi (F) Kelompok B2
Waktu    Konsentrasi blanko CMC    PCT + CMC
    CMC 0,5 %    CMC 1 %    PCT + CMC 0,5 %    PCT + CMC 1%
0 menit    1    1    1    1
15 menit    1    0,99    0,99    1
30 menit    0,99    1    1    0,99
60 menit    0,99    0,99    1    1
45 jam    0,41    0,11    0,15    0,47

    Volume Sedimentasi (F) Kelompok B4

Waktu    Konsentrasi blanko CMC    PCT + CMC
    CMC 1 %    CMC 2 %    PCT + CMC 1%    PCT + CMC 2%
0 menit    1    1    1    1
15 menit    1    1    0,98    1
30 menit    0,99    1    0,98    0,995
60 menit    0,99    1    0,98    0,99
45 jam    0,39    0,89    0,49    0,94

    Volume Sedimentasi (F) Kelompok B5

Waktu    Konsentrasi blanko CMC    PCT + CMC
    CMC 2,5 %    CMC 3 %    PCT + CMC 2,5 %    PCT + CMC 3%
0 menit    1    1    1    1
15 menit    1    1    1    1
30 menit    0,99    0,99    0,99    1
60 menit    0,98    0,985    0,99    1
45 jam    0,38    0,98    0,99    0,99

VI. PERHITUNGAN - PERHITUNGAN

6.1 Penimbangan Bahan









6.2 Perhitungan Volume Sedimentasi (F)
Volume Sedimentasi (F) dapat diketahui dengan membagi Volume akhir suspense setelah terbentuk endapan (Vu) dengan volume awal setelah sebelum terbentuk endapan (V0).
Rumus : F = Vu/V0

























VII. PEMBAHASAN

Berdarkan hasil praktikum mengenai system disperse, dilakukan pengujian volume sedimentasi  pada suspense Paracetamol dengan zat pensuspensi CMC dengan variasi konsentrasi yang berbeda dari setiap kelompoknya. Didalam literature hasil pengujian volume sedimentasi (F) untuk semua sediaan baik blanko CMC maupun Paracetamol + CMC dengan variasi konsentrasi berbeda untuk evaluasi stabilitas fisik suspense, dijelaskan bahwa volume sedimentsi harus ± 1, karena jika tidak sediaan suspensi yang dibuat akan tidak stabil.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kelompok B3 lakukan nilai dari volume sedimentasi dari sediaan yang bersuspending agent CMC dapat terlihat dalam kurva perbandingan volume sedimentasi antara blanko CMC 3 % dan CMC 3,5 % dengan suspense Paracetamol + CMC 3 % dan Paracetamol + CMC 3,5 %.
7.1 Kurva hasil pengamatan dimana Y = F (Volume sedimentasi), dan X = Waktu


    Dari kurva diatas, sedimentasi pada blanko CMC 3% dan blanko CMC 3,5% terbentuk pada pengamatan 60 menit dengan volume sedimentasi (F) sebesar 0,99. Setelah diamati selama 45 jam, volume sedimentasi tidak mengalami perubahan tetap pada 0,99.   Sedangkan pada suspense paracetamol + CMC 3 % dan suspense paracetamol + CMC 3,5% sedimentasi terbentuk pada pengamatan ke 30 menit dengan nilai yang sama sebesar 0,99. Namun, pada pengamatan selama 36 menit volume sedimentasi suspense paracetamol+CMC 3% berubah menjadi 0,98 tapi untuk suspense paracetamol + CMC 3,5% volume sedimentasi dimenit ke 38 belum ada perubahan. Akan tetapi, setelah kedua suspense diamati, volume sedimentasi (F) menunjukan nilai yang sama yakni sebesar 0,99.
Setelah keempat sediaan didiamkan selama 45 jam, kemudian dilakukan uji redispersibilitas dengan melakukan pengocokan sebanyak tiga kali. Setelah didiamkan kembali ternyata sedimen yang terbentuk dari keempat sediaan tersebut tidak membentuk cake dan mudah terdispersi kembali membentuk campuran homogennya. Selain itu, blanko CMC 3% dan blanko CMC 3,5%  ataupun suspense paracetamol + CMC 3% dan suspense paracetamol + CMC 3,5% menunjukan nilai F mendekati sama dengan 1. Artinya suspense paracetamol dengan konsentrasi CMC 3% dan suspense paracetamol dengan konstrasi  CMC 3,5% merupakan suspense yang baik (stabil).

7.2 Kurva Perbandingan Blanko CMC sebagai Zat Pensuspensi dengan berbagai variasi konsentrasi dari setiap kelompok.



7.3 Kurva Perbandingan Suspensi Paracetamol dengan Zat Pensuspensi CMC dalam variasi konsentrasi yang berbeda dari setiap kelompok.


Dari kurva dapat dilihat bahwa CMC merupakan salah satu zat pensuspensi yang baik, karena nilai volume sedimentasi dari semua konsentrasi mendekati sama dengan satu. Dari semua variasi konsentrasi CMC, suspense yang paling stabil terlihat pada blanko CMC 3,5 % dan PCT + CMC 3,5 %. Dimana setelah pengamatan selama 45 jam volume sedimentasi lebih baik (stabil) karena mendekati sama dengan 1.
Blanko CMC 3,5% dan Suspensi PCT + CMC 3,5% menjadi suspensi yang cukup baik diantara variasi konsentrasi yang di ujikan, hal ini disebabkan kadar konsentrasi pensuspensi yang lebih tinggi dibanding variasi konsentrasi lainnya. Walaupun begitu dalam literatur dijelaskan produk akan terlihat buruk jika F, volume sedimentasi tidak mendekati samadengan satu. Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum system disperse, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar