Jumat, 22 Maret 2013

Makalah Kunjungan Lakespra "H.U.E.T"

H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Helikopter merupakan sarana angkutan udara yang paling aman. Pada era kemajuan tekhnologi yang sedemikian pesat ini, peranan helikopter sebagai sarana angkutan udara merupakan hal yang penting dan aman. Ini disebabkan karena perawatan helikopter sangat berbeda jika dibandingkan dengan sarana angkutan orang/barang di darat ataupun dilaut. Beberapa faktor keselamatan udara degan helikopter dapat dilihat mulai dari pengujian kemampuan pilot secara berkala dan berkesinambungan. Kemampuan dan “atittude” terbang pilot biasanya diuji dan dilakukan secara periodik. Hal ini tidak kita dapatkan pada angkutan darat dan laut seperti „pilot‟ bus dan kapal laut.
Kecanggihan helikopter dalam menjamin keselamatan penumpangnya kini juga semakin didukung tekhnologi yang sangat tinggi. Misalnya, beberapa alat bantu keselamatan udara terpasang secara otomatis seperti; Crash Position Indicator (CPI) yang diletakkkan di rotor belakang dan akan berfungsi secara otomatis jika terjadi keadaan darurat, ILT, EPIRB dan PLB. Kesemuanya merupakan alat bantu menemukan keselamatan helikopter jika terjadi keadaan darurat sehingga dapat terdeteksi dan memudahkan proses SAR dalam menyelamatkan para penumpangnya.
Permasalahan diatas dapat diatasi dengan melakukan pelatihan dan pendidikan kepada calon penerbang supaya faktor – faktor penyebab kecelakaan dapat terhidarkan. Begitupun halnya tujuan dari kunjungan kami kesebuah lembaga kesehatan penerbangan dan luar angkasa (LAKESPRA). Meski demikian, LAKESPRA tidak hanya mengurusi masalah-masalah kesehatan penerbang TNI-AU saja. Melainkan menangani kesehatan penerbangan sipil disamping menjadi rujukan ilmiah seluruh masyarakat penerbangan termasuk kajian masalah kesehatan di bidang Antariksa.
Namun ketika suatu saat menumpang helikopter mendarat darurat (ditching) dan jatuh ke laut. Bagaimana cara penyelamatan dan lolos dari bahaya sampai bantuan “Search and Rescue” datang. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai cara penyelamatan dan lolos dari bahaya ketika helicopter jatuh ke laut.
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA)?
2. Apa saja Fasilitas yang Dimiliki serta Bagaimana Proses Pengujian Bagi Penerbang?
3. Fungsi Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA)bagi dunia penerbangan.?
4. Apa yang dimaksud HUET ?
5. Apa Tujuan Dilaksanakan Pelatihan HUET?
6. Dimanakah tempat HUET serta Alat Peraga Pelatihan HUET?
7. Bagaimana teknis pelatihan HUET ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai hal yang ada di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA) yang berhubungan dengan kesehatan penerbangan.
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukan pelatihan HUET.
3. Untuk mengetahui alat perga yang digunakan pada pelatihan HUET serta bagaimana teknis pelatihan HUET.
4. Untuk mengetahui bagaimana tindakan ketika helicopter jatuh
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA)
Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA) adalah lembaga milik TNI Angkatan Udara (TNI-AU), bagian dari direktorat kesehatan. Meski demikian, LAKESPRA tidak hanya mengurusi masalah-masalah kesehatan penerbang TNI-AU saja. Melainkan menangani kesehatan penerbangan sipil disamping menjadi rujukan ilmiah seluruh masyarakat penerbangan termasuk kajian masalah kesehatan di bidang Antariksa.
Nama lengkap lembaga ini adalah Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Dr. Saryanto, dimana Dr. Saryanto adalah tokoh pendiri lembaga ini pada tahun 1965. Lembaga ini terletak di jalan MT. Haryono, Jakarta. Berupa bangunan bergaya lama berbentuk segi delapan. Di depan bangunan itu terdapat sebuah pesawat DC-3 Dakota.
2.2 Fasilitas Yang Dimiliki Serta Proses Pengujian Bagi Penerbang
Dilihat dari udara, Lakespra Dr. Saryanto ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian depan adalah bangunan yang dipakai untuk kepentingan "aerofisiologi" dan bagian belakang digunakan untuk "aeroklinik". Bangunan bagian belakang itulah yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat banyak guna kepentingan pemeriksaan rutin kesehatannya dengan sarana dan prasarana serta tenaga ahli yang memadai. Selain masyarakat, fasilitas ini digunakan juga oleh sebagian pejabat pemerintahan Indonesia guna memeriksa kesehatannya.
Bangunan bagian depan, bagian aerofisiologi adalah bagian yang khusus digunakan untuk awak pesawat militer maupin sipil. Meski bangunannya adalah bangunan lama dengan gaya tahun 1960-an dengan bentuk segi delapan namun peralatan yang dimilikinya dapat digunakan untuk penelitian, medis dan kesehatan para awak pesawat hingga mencapai ketinggian lebih dari 50.000 kaki bahkan menjangkau masa depan. Disinilah para calon penerbang, awak pesawat, pilot, penerjun bebas, calon pendaki gunung dan antariksawan diuji dan dilihat kemampuannya. Yang pasti, mereka tidak bisa lolos dari kenyataan kondisi fisik yang dimiliki untuk menghadapi dampak fisiologis penerbangan atau ketinggian. Karena fasilitas ini termasuk yang terlengkap khususnya di kawasan Asia Tenggara atau dikalangan negara-negara ASEAN,
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 4
banyak pula penerbang-penerbang negara lain baik sipil dan militer yang juga ikut memanfaatkan lembaga ini khususnya melalui hubungan persahabatan antar negara. Sebagai contoh, Malaysia mengirimkan calon antariksawan-nya di lembaga ini guna menguji kemampuan fisik dan kesehatan mereka dalam program Angkasawan-nya.
Untuk menguji para penerbang, maupun kalangan yang nantinya akan berdinas atau bekerja ataupun bepergian di kawasan ketinggian ekstrem maupun antariksawan, mereka melakukan ILA atau Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi. Dan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menghadapi ketinggian dimana kadar oksigen, tekanan dan suhu yang semakin rendah, digunakan hypobaric/altitude chamber, yakni sebuah ruangan yang bisa disimulasikan pada suatu ketinggian yang diinginkan. Untuk pengujian, umumnya ketinggian yang digunakan adalah 18.000 kaki atau sekitar 5.486 meter. Pada ketinggian itu, kadar oksigen sudah sangat tipis dan tekanan udara hanya 380 mmHg, dengan suhu mencapai minus (-) 20,7 derajat Celcius, jauh dibawah dinginnya es. Seseorang akan mengalami pengaruh kedaan itu antara lain hypoxia, kekurangan oksigen, tidak bisa berfikir sempurna atau bahkan pingsan.
Dalam pengujian di ruang altitude chamber ini nampak jelas keadaan seseorang yang nantinya berada di kawasan dengan ketinggian yang memiliki kondisi ekstrem. Ketika seseorang berada dalam ruangan ini, yang diberi kondisi ketinggian 18.000 kaki, disana peserta aka diuji dengan menggunakan persoalan matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan seperti halnya 2+2, 4+1,5-3 dan sebagainya. Disana banyak dari peserta yang tidak dapat menjawabnya dengan benar. Umumnya peserta yang demikian adalah calon-calon penerbang yang mengikuti seleksi masuk baik penerbang sipil maupun militer. Selain pengujian di atas, para calon penerbang ini menjalani pemeriksaan-pemeriksaan dengan teliti dan diberi pengetahuan tentang masalah-masalah dalam kondisi ketinggian atau melawan gaya gravitasi. Dan sebenarnya prosedur maupun pemeriksaan serta pelatihan seperti itu tidak hanya diberikan kepada calon penerbang, mereka yang sudah menekuni profesinya tersebut juga dikirim ke Lakespra untuk melakukan konsultasi psikiatri penerbangan, khususnya lagi bagi mereka yang mengalami kecelakaan penerbangan atau masalah dalam penerbangannya.
Bagi penerbang, terlebih lagi penerbang pesawat tempur, mereka harus melakukan ILA enam bulan sekali. Mereka menjalani uji rutin kesiapan fisiknya terhadap pengaruh-pengaruh gaya gravitasi, pengaruh kurangnya oksigen sampai penggunaan kursi lontar. Selain itu, mereka
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 5
diuji dengan alat-alat yang dimiliki Lakespra antara lain Human Centrifuge, Basic Orientation Trainer, Night Vision Trainer, Osy Fault Trainer, Positivr-Pressure-Breathing, dan Ejection Seat Trainer.
Dalam uji meloncat dari pesawat tempur dengan kursi lontar misalnya, untuk melakukan simulasi ketika pesawat mengalami kerusakan di udara, tidak bisa dilatihkan dengan secara nyata seperti halnya terjun payung. Untuk itu, Lakespra menyediakan sebuah kursi lontar tiruan untuk digunakan sebagai latihan. Bila kursi lontar sebenarnya digerakkan oleh sebuah roket yang dipasang di bawah kursi penerbang. Maka kursi lontar tiruan di Lakespra digerakkan oleh tekanan gas. Meskipun demikian, dalam latihan harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati karena memiliki bahaya yang cukup besar. Bila kurang hati-hati, tulang belakang peserta bisa patah.
2.3 LAKESPRA Sebagai Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pendidikan
Sebagai lembaga yang mengurusi kesehatan penerbangan dan ruang angkasa, Lakespra Dr. Saryanti juga melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Kegiatannya antara lain dengan mengadakan Journal Reading, temu ilmiah, simposium, penelitian pengaruh kekurangan oksigen, hypoxia, pengaruh terhadap penglihatan, intelegensia, sistem aliran darah/jantung, penelitian kondisi tulang leher bagi calon-calon penerbang pesawat tempur modern, serta penelitian mengenai gigi-geligi dan banyak lagi.
Sebagai contoh, kondisi panjang-pendeknya tulang leher bagi para penerbang. Tidak hanya pada petinju yang memiliki leher pendek seperti halnya petinju kelas berat Mike Tyson pada dekade 1990-an, yang dikatakan atau dianggap paling ideal, maka bagi penerbang tempur, leher pendek juga memiliki pengaruh terhadap fisiknya. Menurut penelitian, penerbang yang memiliki leher pendek memiliki daya ketahanan yang lebih daripada penerbang lain, terhadap pengaruh gaya gravitasi dan tipe penerbang seperti ini jarang sekali mengalami "black out", gelap pandang pada saat melakukan atau terjadi manuver berat dalam penerbangannya.
Selain itu, Lakespra juga mengadakan program pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan penerbangan dan antariksa. Kegiatannya antara lain sekolah perawat udara, sekolah kesehatan penerbangan dan ruang angkasa (Sekespra), pelatihan para dokter umum, dokter gigi,
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 6
psikolog atau insinyur baik sipil maupun militer untuk menjadi dokter penerbangan (Flight Surgeon). Ada juga program pasca sarjana (S-2) yang diselenggarakan oleh lembaga ini
2.4 Definisi H.U.E.T
H.U.E.T adalah singkatan dari Helicopter Underwater Escape Training ,yang artinya Latihan menyelamatkan diri dari helicopter ketika berada didalam air.
HUET merupakan paket pendidikan & pelatihan prosedur pelepasan diri (escape) penerbang dan penumpang helikopter yang mengalami pendaratan darurat di laut/ danau. Untuk praktek pelatihan (simulasi) helikopter masuk kedalam air digunakan sarana HMTS (Helicopter Mock-up Training Simulator) yang diceburkan kedalam kolam air.
Sistem HUET terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak pendidikan & pelatihan yang ditujukan bagi personil pemula (initial training), personil yang sedang bertugas (recurrent training) serta personil yang perlu diperiksa kecakapannya (proficiency check).
Teori dasar metode dan prosedur pelepasan diri dari helicopter cockpit/ cabin diajarkan di dalam ruang kelas yang ditunjang dengan perangkat CBT (Computer Based Training) dan disertai dengan peragaan serta praktek pelatihan sebenarnya yang dialami oleh siswa peserta pelatihan dengan memakai HMTS di kolam air.
2.5 Tujuan
Tujuan pelatihan ini yaitu :
Memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada Crew dan penumpang agar dapat melakukan dan menyelamatkan diri secara maksimal pada situasi keadaan darurat ketika helicopter terpaksa mendarat di air dan kemungkinan tenggelam.
2.6 Tempat dan alat pelatihan
Tempat latihan diadakan di kolam renang dengan sebuah modul simulasi mirip sebuah helicopter ,dengan kelengkapan kursi pilot dan kursi penumpang lengkap dengan sabuk pengamannya juga beberapa pintu darurat dengan handelnya. Modul ini digantung dengan semacam crane yang dioperasikan dengan alat kontrol untuk menurunkan , menaikan dan membalikan modul didalam air kolam renang.
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 7
2.6 Teknis Pelatihan
Teknis pelatihan :
Salah satu contoh bagian dari latihan sebagai berikut :
 Para peserta yang berperan sebagai crew dan penumpang naik kedalam modul yang tergantung diatas air dan duduk menempati kursinya masing2 dengan sabuk pengaman ( seat belt ) terpasang. Kemudian sebelum modul di celupkan kedalam air perhatikan dan ingat prosedur sebagai berikut.
 Pastikan dan ingat posisi pintu keluar ada sebelah mana kita.
 Pastikan seatbelt terkunci erat dan strap di baju pelampung tidak terjepit seatbelt, ujung sisa dari seatbelt sisipkan kebelakang biar tidak mengganggu.
 Lepaskan semua benda tajam seperti pena dan kacamata.
 Ambil brace position, posisi dimana salah satu tangan memegang erat bagian bawah kursi, badan menunduk dan tangan lainnya memeluk erat pundak tangan satunya, kepala ditundukkan sedalam mungkin. Kalau pintu keluar di kanan, tangan yg memegang kursi adalah tangan kiri dan sebaliknya, agar tangan yg memegang pundak bisa digunakan untuk membuka pintu. ( prosedur yang ini tidak berlaku untuk peran sebagai Pilot )
 Persiapan untuk impact
 Kemudian pelatih akan memberi aba2 ..ditching..ditching..ditching.
 Selanjutnya modul dicelupkan dan dibibalikan didalam air ,dalam situasi ini para peserta dilatih agar dapat keluar dari modul dengan cara yang benar.
 Berikut ini langkah2 nya yang harus selalu diingat baik dalam situasi latihan ataupun dalam situasi sesungguhnya bila trpaksa harus mengalaminya :
 Masih dalam keadaan brace position, pastikan keadaan sudah stabil, hitung dulu 5detik sebelum berusaha keluar.
 Tetap berpegangan pada kursi, cari dan buka pintu atau jendela, kalau jendela gunakan siku untuk memukul dan membuka jendela
 Setelah terbuka, dengan tetap berpegangan di kursi, buka seatbelt dengan tangan satunya.
 Tetap berpegangan pada kursi, pegang pintu keluar, lepaskan kursi dan tarik badan keluar.
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 8
 Setelah yakin berada diluar modul, kembangkan baju pelampung dengan menarik labelnya ( hanya simulasi )
2.7 Tindakan Ketika Helikopter Jatuh. “Do not be panic”
Itu merupakan tindakan pertama ketika kita helikopter yang kita tumpangi jatuh ke laut. Karena ketika kita dalam keadaan panik, kita tidak dapat berbuat apa-apa atau bahkan berbuat sesuatu yang lebih berbahaya/membahayakan orang lain. Misalnya, kalau kita meronta-ronta dan memukul dan menendang kanan kiri karena panik dapat berakibat fatal bagi kita dan orang lai disamping kita. Atau bahkan kita menjadi tak dapat membuka ‟safety belt‟ yang terpasang di badan kita sebelum akhirnya kita kehilangan nafas. Panik merupakan hal wajar dilakukan setiap manusia, namun masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengendalikan panik tersebut sehingga pada akhirnya dapat menyelamatkan kita dan orabng lain.
Saat pelatihan, kita dimasukkan ke dalam ruang simulasi seperti replika badan helikopter sungguhan dengan ketelitian alat peralatan yang menyerupai bentuk aslinya seperti; pintu, jendela, kaca, ruang kokpit, tempat duduk dan seat belt yang ketelitiannya mirip sekali dengan helikopter aslinya. Kemudian, di darat setelah kita memasang sabuk pengaman, kemudian ada aba-aba dari instruktur dan pilot menyatakan “keadaan darurat, persiapan mendarat di laut”….dan byuuurrrr…helikopter kita diluncur terbalik dan jatuh ke air seketika (dlm latihan diperagakan di kolam renang).
Untuk mengatasi panik di bawah air dengan posisi kepala di bawah, menghilangkan gelembung udara dan agar tidak kehilangan arah atau disorientasi, maka kita diwajibkan tahan nafas dan diam ditempat dengan menghitung dalam hati “seribu…, dua ribu…tiga ribu…empat ribu..dan lima ribu..” Setelah itu, ketika gelelmbung udara sudah tidak ada diatas kita dan kita tidak kehilangan arah untuk berenang ke atas permukaan air, barulah kita coba membuka pintu, atau jendela helikopter, selanjutnya setelah tangan kita menggapai pintu atau jendela, baru tangan kita yang lain membuka ’seat belt’ dan berenang keluar helikopter untuk penyelamatan.
Melakukan hal sederhana ini kelihatan gampang, namun penuh dengan tingkat stres yang tinggi. Bayangkan ketika di darat, pepala kita di atas semuanya terasa normal. Namun ketika helikopter dijatuhkan dan dibalik ke air dan kita dalam keadaan terbalik dengan „safety belt‟ masih terikat di badan….beberapa langkah teori tersebut di atas pasti jarang kita urutkan dengan
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 9
sempurna. Panik…panik… dan panik lagi…..di tambah jika air sudah masuk ke dalam hidung akan terasa sampai ke kepala apalagi dijungkirkan terbalik di bawah badan kita…..suatu pengalaman yang mengasikkan dan sekaligus mendebarkan. Namun kita dituntut harus keluar dari helikopter dan mengapung di permukaan sebelum bantuan datang. Hal ini diulangi beberapa kali, mulai keluar dari jendela, kemudian diulangi lagi, keluar dari pintu dan terakhir keluar dari kaca depan yang dipecahkan. Suatu pengalaman yang tak terlupakan.
Beberapa catatan penting perlu diingat dalam penyelamatan diri ketika helikopter jatuh dilaut :
 Pertama; 92 % penumpang akan selamat jika mendapat informasi dan penjelasan dari pilot lebih kurang dari 1 menit terlebih dahulu. Kemudian 78 % akan selamat jika telah mendapatkan info dari captain kurang dari 11 detik.
 Kedua; usahakan menahan untuk tidak meminum air laut, karena air laut di dalam tubuh akan memperparah paru-paru kita dalam bernafas dan melemaskan keadaan tubuh lainnya. Ketiga; jangan langsung membuka ‟seat belt‟, saat helikopter jatuh, karena kemungkinan kita disorientasi dan ada barang-barang lain diatas kepala kita ketika pesawat terbalik di laut. Usahakan membuka ’seat belt’ sesudah tidak ada gelembung udara, tidak kehilangan arah dan sudah menemukan arah keluar pintu maupun jendela.
H.U.E.T (Helicopter Underwater Escape Training)
D-III Farmasi Poltekes TNI AU Page 10
BAB III
KESIMPULAN
Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA) adalah lembaga milik TNI Angkatan Udara (TNI-AU). Untuk menguji para penerbang, maupun kalangan yang nantinya akan berdinas atau bekerja ataupun bepergian di kawasan ketinggian ekstrem maupun antariksawan, mereka melakukan ILA atau Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi. Mereka menjalani uji rutin kesiapan fisiknya terhadap pengaruh-pengaruh gaya gravitasi, pengaruh kurangnya oksigen sampai penggunaan kursi lontar. Selain itu, mereka diuji dengan alat-alat yang dimiliki Lakespra antara lain Human Centrifuge, Basic Orientation Trainer, Night Vision Trainer, Osy Fault Trainer, Positivr-Pressure-Breathing, dan Ejection Seat Trainer.
HUET merupakan paket pendidikan & pelatihan prosedur pelepasan diri (escape) penerbang dan penumpang helikopter yang mengalami pendaratan darurat di laut/ danau. Teori dasar metode dan prosedur pelepasan diri dari helicopter cockpit/ cabin diajarkan di dalam ruang kelas yang ditunjang dengan perangkat CBT (Computer Based Training) dan disertai dengan peragaan serta praktek pelatihan sebenarnya yang dialami oleh siswa peserta pelatihan dengan memakai HMTS di kolam air.
Tujuan utama dilakukannya pelatihan HUET ini yaitu, untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada Crew dan penumpang agar dapat melakukan dan menyelamatkan diri secara maksimal pada situasi keadaan darurat ketika helicopter terpaksa mendarat di air dan kemungkinan tenggelam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar